Bisnis.com, SURABAYA - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk. (BTPN Syariah) menjelaskan alasannya mengambil ceruk pasar masyarakat prasejahtera sebagai target penyaluran pembiayaan.
Menurut Business Coach BTPN Syariah Jawa Timur Andy Leon, penyaluran pembiayaan terhadap masyarakat prasejahtera belum banyak dilakukan pelaku industri perbankan hingga kini. Oleh sebab itu, BTPN Syariah menganggap pembiayaan terhadap masyarakat prasejahtera memiliki potensi untuk berkembang ke depan.
"Memang sesuai visi dan misi kami yang tak hanya menjadikan nasabah sebagai profit generator, tapi mitra yang tumbuh bersama kami. Potensi di Indonesia untuk [pembiayaan] prasejahtera sangat banyak," ujar Andy kepada wartawan, Kamis (26/9/2019).
Selama ini BTPN Syariah fokus menyalurkan pembiayaan ke masyarakat yang masuk kategori prasejahtera dan umumnya belum tersentuh layanan perbankan (bankable). Pembiayaan hanya disalurkan anak usaha BTPN ini terhadap perempuan yang sudah berumahtangga.
Menurut Andy, mayoritas debitur BTPN Syariah memiliki plafon pembiayaan yang kecil, dimulai dari Rp1 juta untuk jangka waktu 12 bulan. Namun, pembiayaan dari BTPN Syariah tak bisa hanya diberikan kepada seorang debitur dari suatu wilayah.
BTPN Syariah memiliki strategi untuk menjaring debitur dengan cara membentuk komunitas. Calon debitur harus membentuk komunitas yang beranggotakan minimal 5 orang agar bisa mendapat pembiayaan berjenis akad wakalah wal murabahah.
Andy menyebut model bisnis perusahaannya tak akan berubah meski saat ini banyak perusahaan teknologi finansial (tekfin) yang juga berani memberi kredit terhadap masyarakat pra-sejahtera. Dia menganggap kehadiran tekfin bukan sebagai kompetitor.
"Kami tidak melihat mereka [tekfin] kompetitor. Sekarang yang dilakukan kami, bagaimana caranya teman-teman semakin mempertajam pelayanan dan nasabah merasa bahwa kami adalah bank, bukan pemberi pinjaman biasa seperti koperasi dan sebagainya. Sehingga apapun yang dilakukan di luar sana kami merasa masih bisa terus menerus melakukan bisnis ini dengan baik," ujarnya.
Saat ini, jumlah nasabah pembiayaan prasejahtera BTPN Syariah mencapai 3,6 juta orang secara nasional. Outstanding pembiayaan BTPN Syariah hingga akhir semester I/2019 tumbuh 24% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp8,54 triliun dari Rp6,87 triliun setahun lalu.
Meski mengambil ceruk pasar masyarakat pra-sejahtera, namun rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) BTPN Syariah terbilang rendah. Hingga akhir Juni 2019 rasio NPF bank ini turun 31 basis poin (bps) menjadi 1,34%.
Mayoritas penerima pembiayaan BTPN Syariah berasal dari Pulau Jawa. Andy menyebut, hingga kini penyaluran pembiayaan di wilayah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi telah dilakukan namun belum merata di setiap daerah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel