Emas Kembali Sentuh Level di Bawah US$1.500

Bisnis.com,30 Sep 2019, 12:34 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Emas batangan di London, Inggris./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas sulit mempertahankan posisinya di atas level US$1.500 per troy ounce, masih dibayangi aksi jual oleh para investor seiring dengan meredanya ketegangan geopolitik sehingga meningkatkan minat investor untuk mengumpulkan aset yang lebih berisiko.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (30/9/2019) hingga pukul 12.19 WIB, harga emas di pasar spot kembali bergerak di bawah level psikologis, yaitu di US$1.493,2 melemah 0,25%.

Sementara itu, harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa Comex bergerak melemah 0,44% menjadi US$1.499,8 per troy ounce.

Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan dalam risetnya bahwa pelemahan harga emas dipicu oleh tekanan sentimen optimisme pasar terhadap negosiasi dagang AS dan China serta menguatnya dolar AS yang di topang oleh data ekonomi terbaru yang berhasil dirilis lebih baik daripada perkiraan.

Selain itu, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman mengatakan bahwa dirinya akan lebih memilih solusi politik daripada solusi militer terkait ajakan gencatan senjata oleh pemberontak Houthi.

Hal tersebut telah menurunkan ketegangan geopolitik di Timur Tengah sehingga mendorong para pelaku pasar untuk masuk kembali ke aset-aset berisiko dan keluar dari aset safe haven.

“Harga emas berpeluang melanjutkan penurunan, menguji level support di US$1.490 per troy ounce dan penurunan lebih lanjut berpotensi menekan harga emas menguji level support selanjutnya di US$1.488 per troy ounce dan US$1.486 per troy ounce,” ujar Yudi seperti dikutip dari publikasi risetnya, Senin (30/9/2019).

Sementara itu, meskipun reli emas tampak tertahan akhir-akhir ini, fund manager seperti Citigroup tetap memandang emas akan membukukan lebih banyak keuntungan ke depannya.

Sepanjang tahun berjalan 2019, emas telah bergerak menguat sekitar 18% dan diprediksi masih akan melanjutkan penguatannya di tengah prospek suku bunga yang lebih rendah dan ketidakpastian dari gejolak ekonomi dan geopolitik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ana Noviani
Terkini