Bisnis.com, JAKARTA -- Investasi bank bermodal jumbo ke industri perusahaan finansial berbasis teknologi (tekfin) semakin tebal. Setidaknya sepanjang tahun ini hingga tiga tahun ke depan, lebih dari Rp1 triliun dana segar dari bank umum kelompok usaha (BUKU) IV beredar di ekosisten tekfin.
Bank bermodal inti lebih dari Rp30 triliun tersebut masuk ke dalam industri tekfin melalui entitas anak, perusahaan modal ventura (PMV). Saat ini tercatat satu BUKU IV dalam tahap proses pembentukan PMV, sedangkan tiga lainnya sudah memiliki anak usaha yang aktif menyuntik modal ke perusahaan rintisan.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. saat ini telah berinvestasi di 12 perusahaan tekfin rintisan Melalui PT Mandiri Capital Indonesia. Hingga akhir tahun, entitas anak Bank Mandiri ini masih mengincar satu tekfin.
CEO Mandiri Capital Eddi Danusaputro mengatakan bank telah menggelontorkan dana hampir Rp1 triliun sejak 2016 kepada seluruh perusahaan tersebut. “Tahun ini kami investasi ke 3 fintech startups dengan nilai total investasi pada kisaran Rp 250 miliar,” katanya kepada Bisnis, Senin (30/9/2019).
Eddi melanjutkan bahwa mandat dari induk usaha adalah mencari perusahaan tekfin dengan beberapa subsektor, seperti sistem pembayaran, pembiayaan, dana kelolaan, dan lain-lain. Sejauh ini Mandiri Capital fokus pada sektor yang bergerak pada bidang sistem pembayaran, pembiayaan, serta menawarkan solusi usaha kecil dan menengah.
“Yang masih kami cari adalah untuk wealth management [dana kelolaan] dan insurtech [insurace technology],” ujar Eddy.
Adapun untuk tahun depan Mandiri Capital masih mempertimbangkan untuk melakukan investasi baru kepada dua hingga tiga tekfin. Perusahaan pun belum memiliki alokasi anggaran untuk hal tersebut. “Tapi kalau menemukan yang cocok, bisa investasi,” tambahnya.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Dadang Setiabudi mengatakan saat ini masih berupaya membentuk PMV. Nantinya entitas anak usaha itu akan menjadi senjata untuk mengakuisisi perusahaan tekfin.
BNI dalam hal itu mengutamakan tekfin yang dapat memberikan sinergi dan mendukung bisnis kepada BNI dan seluruh entitasnya. “Sehingga investasi kami dapat memberikan manfaat yang lebih optimal serta lebih terjamin pertumbuhan tractionnya karena ada captive market BNI Group,” katanya.
Dadang mengutarakan bahwa PMV BNI telah memiliki peta jalan untuk 3 tahun ke depan. Entitas anak akan mendapat alokasi anggaran investasi sekitar Rp600 miliar sepanjang periode tersebut.
Satu BUKU IV lain yang telah siap menyuntik dana kepada perusahaan tekfin adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Pada tahun lalu perseroan resmi menggenggam 97,61% saham BRI Ventura Investama yang sebelumnya dimiliki oleh PT Bahana Artha Ventura.
Dalam transaksi itu BRI membeli sebanyak 15.874 saham yang diterbitkan oleh BRI Ventures milik Bahana Artha Ventura senilai Rp3,09 miliar. Entitas anak ini akan dikembangkan menjadi corporate venture capital atau perusahaan modal ventura yang diarahkan untuk melakukan aliansi strategis dengan perusahaan rintisan.
Sementara itu PT Bank CIMB Niaga Tbk. memilih menggandeng perusahaan modal ventura asal Singapura, Genesis Alternatives Ventures untuk memberikan pembiayaan kepada perusahaan rintisan di Indonesia. Bank menyiapkan dana Rp300 miliar.
Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M. Siagahaan sempat menjelaskan bahwa pembiayaan bersama perusahaan modal ventura ini serupa dengan kredit. Tenor dan suku bunga akan disesuaikan dengan kriteria debitur.
Dia melanjutkan, lazimnya perusahaan rintisan mencari dana segar melalui suntikan ekuitas. Namun hal ini berakibat terdilusinya kepemilikan para pendiri.
Satu hal yang menjadi perhatian CIMB adalah rekam jejak perusahaan rintisan untuk memitigasi risiko kredit bermasalah. Seperti diketahui, perusahaan rintisan yang bergerak pada bidang finansial teknologi sering kali identik dengan strategi promosi secara masif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel