Uang Muka Diturunkan, Merayu Milenial Agar Beli Kendaraan

Bisnis.com,03 Okt 2019, 14:09 WIB
Penulis: Maria Elena & Ipak Ayu H.N.
Pengunjung mengamati mobil Lamborghini yang dipamerkan pada ajang Lamborghini Jakarta Showcase di Pacific Place, Jakarta, Jumat (5/4/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Kredit kendaraan bermotor terus mengalami perlambatan, karena efek dari lesunya penjualan otomotif pada produsen atau agen pemegang merek. Pemangku kepentingan pun terus mencari cara untuk mendorong kredit kendaraan bermotor.

Otoritas Jasa Keuangan mencatat kredit kendaraan bermotor (KKB) seluruh industri perbankan per Juni 2019 hanya tumbuh 5,15% se­­cara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp142,11 triliun. Padahal, sepanjang 2018 KKB cenderung tumbuh dua digit setiap bulan, tertinggi pada April 2018 sebesar 17,09%.

Oleh sebab itu, Bank Indonesia meringankan syarat uang muka untuk mendorong kredit kendaraan. Batas minimal uang muka diturunkan  menjadi 10% hingga 15% untuk kendaraan roda empat produktif dari sebelumnya 20%. Untuk kendaraan lain lihat tabel:

Kebijakan baru uang muka kredit kendaraan bermotor tersebut berlaku mulai 2 Desember 2019. Namun, sejumlah kalangan masih pesimistis kebijakan tersebut mampu mendorong kredit kendaraan bermotor.

Direktur Riset Centre of Economic Reform (CORE) Piter Abdullah menilai perlambatan KKB disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain masih lesunya perekonomian atau daya beli masyarakat dan perubahan gaya hidup milenial, serta semakin banyaknya alternatif transportasi publik.

“Gaya hidup milenial yang mengutamakan pengalaman [travelling dan kuliner] membuat kebutuhan membeli KKB menjadi jauh menurun,” katanya kepada Bisnis, baru-baru ini. 

Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, Piter memproyeksikan KKB tidak akan tumbuh kencang hingga akhir tahun 2019.

EVP Consumer Loan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Ignatius Susatyo Wijoyo mengatakan bahwa adanya taksi daring yang menawarkan kenyamanan, kemudahan, dan harga yang terjangkau menyebabkan milenial enggan membeli mobil.

“Milenial tidak suka menyetir sekarang, punya mobil pun dipakai hanya weekend. Mau gimana lagi, dengan taksi online mereka bisa nyaman seperti mobil sendiri. Tidak ada beban STNK, ganjil-genap, parkir, servis, dan lain sebagainya,” katanya, belum lama ini.

Secara industri, otomotif memasuki masa sulit. Gabungan Indus­­tri Kendaraan Bermotor In­­do­­­nesia atau Gaikindo bah­­kan mencatat penurunan pen­jualan hingga 13,5%.

Bank Mandiri tidak menaruh banyak harapan pada kredit otomotif ini. Ignatius hanya berharap KKB akan terangkat pada level 3%-4% per Desember 2019, lebih tinggi dari Agustus 2019 yang sekitar 2%-3%.

Namun, Bank Mandiri masih berharap tahun depan akan lebih baik, terutama karena kebijakan pelonggaran LTV yang memungkinkan uang muka menjadi 5%.

Perseroan juga mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga antara 50 bps—100 bps, tetapi tampaknya akan minim dampaknya, menimbang tenornya pendek.

Daerah yang belum leng­kap infrastrukturnya, se­per­ti Sulawesi dan Kali­­man­­tan dinilai akan menjadi pendorong utama per­mintaan.

“Jadi, kalau luar Jawa bisa 10%-12% dan Jawa hanya 4%-5%, maka pertumbuhan pada kisaran 6% masih akan didapatkan,” ujarnya.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa pelonggaran LTV tentu akan berdampak pada pertumbuhan kredit. Namun, hal itu tetap harus didukung oleh perbaikan daya beli masyarakat.

Adapun, KKB BCA pada Juli 2019 mencapai Rp45,33 triliun. Nilai tersebut turun 4,02% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada Agustus, kondisinya re­­­la­­tif tidak jauh berbeda. Per­­­­seroan pun tak berharap ba­­­nyak KKB dapat mengerek kredit konsumer hingga akhir tahun.

Kebiasaan generasi milenial yang menahan belanja kendaraan ini jauh berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hal ini mengharuskan pelaku industri dan bank lebih kreatif mencari cara demi menarik minat mereka untuk beli kendaraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini