CIMB Niaga Andalkan Rumah Seken untuk Pacu KPR

Bisnis.com,03 Okt 2019, 17:58 WIB
Penulis: Muhammad Khadafi
Proyek perumahan sederhana/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar sekunder atau rumah tangan kedua menjadi celah bagi perbankan mendongkrak permintaan kredit pemilikan rumah (KPR). Hal ini untuk mengatasi stagnansi permintaan pembiayaan properti.

PT Bank CIMB Niaga Tbk. mencatat, saat ini nilai penyaluran kredit rumah tangan kedua atau seken lebih besar. Dengan demikian dapat menjaga portofolio kredit pemilikan rumah (KPR) perseroan tetap tumbuh.

Rata-rata, ticket size KPR CIMB Niaga saat ini sekitar Rp800 juta. Pasar rumah pertama memiliki nilai lebih kecil dibandingkan dengan pasar rumah seken.

“Saat ini KPR dari pasar sekunder tumbuh sekitar 10% lebih tinggi dari pasar primer. Ini berasal dari cross selling nasabah CIMB Niaga,” katanya kepada Bisnis, Kamis (3/10/2019).

Perseroan mencatat per Agustus 2019, KPR tumbuh sebesar 14% secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadi Rp33 triliun. Realisasi tersebut menguat tipis dibandingkan dengan capaian Juni 2019, 13,5% yoy.

Hingga akhir tahun, Lani memperkirakan bahwa pasar rumah seken akan tumbuh baik. Namun secara jumlah debitur, permintaan KPR untuk rumah baru masih akan lebih tinggi.

Berdasarkan data perseroan, KPR memegang peran penting bagi fungsi intermediasi. Per Juni 2019, segmen ini berkontribusi sebesar 62% dari total portofolio kredit konsumsi.

Komposisi kredit konsumsi terhadap total portofolio pembiayan pada periode tersebut sebesar 27%. KPR menjadi satu segmen andalan perseroan, karena penyaluran pembiayaan per kuartal II/2019 jauh di bawah industri, atau 2,6% yoy.

Perseroan pun hendak terus menjaga pertumbuhan KPR. Pada penghujung tahun ini BNGA berharap kredit hunian tersebut bisa tumbuh 10% hingga 12%.

Sementara itu, Bank Indonesia mencatat permintaan KPR tumbuh melambat sepanjang tahun ini. Kendati bank sentral telah merelaksasi uang muka, tetapi tren tersebut berlanjut hingga Agustus 2019, di mana kredit properti naik 11,3% yoy, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, 12,3% yoy.

Berdasarkan catatan bank sentral, hal itu utamanya disebabkan oleh perlambatan permintaan KPR tipe 22/70 di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini