IHSG Sedang Jeblok, Momentum Kurang Tepat untuk IPO?

Bisnis.com,08 Okt 2019, 08:26 WIB
Penulis: Duwi Setiya Ariyanti
Pengunjung beraktivitas di dekat papan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/7/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA--Saham perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) bakal tetap diminati investor kendati indeks harga saham gabungan (IHSG) jeblok. Berikut syaratnya.

Tercatat, kinerja pasar saham secara tahun berjalan turun 2,15% dan masih tumbuh 4,54% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Namun, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 7 September 2019, ada 39 emiten baru yang sudah go public.

Pada sisa 3 bulan terakhir ini, masih ada 31 calon emiten lagi yang sudah masuk ke dalam pipeline Bursa.

Kepala Riset Narada Asset Manajemen Kiswoyo Adi Joe mengatakan masuknya 31 calon emiten baru pada kondisi memerahnya IHSG kurang tepat. Alasannya, dia menyebut saham perdana yang ditawarkan bakal kurang laku karena kondisi pasar yang kurang bertenaga.

Meskipun kondisi pasar pada akhir tahun diramalkan cerah akibat window dressing, Kiswoyo menuturkan setidaknya window dressing mengangkat IHSG sampai ke level 6.500 sehingga mampu menggerakkan saham emiten-emiten baru.

"Momentum pas [IPO] itu kalau IHSG cocok lagi naik. Kalau IHSG lagi turun enggak cocok," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (8/10/2019) malam.

Lebih lanjut, dia berujar, saat IPO perusahaan membutuhkan kondisi pasar yang bullish. Adapun, bila calon emiten nekat mencatatkan diri di Bursa, dia menyarankan agar terdapat pembeli siaga.

"Kayaknya berat tapi bisa jadi bisa enggak. Yang penting punya stand by buyer enggak," katanya.

Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan kondisi IHSG yang merah dirasa tak tepat untuk melakukan IPO. Di sisi lain, dia juga menyangsikan bila 31 perusahaan itu bisa tercatat di Bursa pada akhir tahun karena waktunya yang terbatas.

"Kayaknya 31 sih sulit tercapai ya. Sekarang sudah Oktober. Terus market-nya juga lagi tertekan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ana Noviani
Terkini