Strategi Bisnis KTA, Bank Besar Cukup Andalkan Payroll

Bisnis.com,09 Okt 2019, 05:38 WIB
Penulis: Ipak Ayu H.N dan Maria Elena
Karyawan melayani nasabah di Bank Mandiri Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (2/10/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — Bank besar memilih fokus menyasar payroll dalam menggenjot penyaluran kredit tanpa agunan atau KTA.

Bisnis sejenis pinjaman online atau pinjol yang menjamur di kalangan industri tekfin ini memang dinilai tengah naik daun. Alhasil, bank besar pun tak ingin ketinggalan dan memilih pasar payroll menjadi strategi utama dalam menggapi pertumbuhan.

General Manager Product Management Division BNI J. Donny Bima Herjuno mengatakan produk KTA perseroan yang bernama BNI Fleksi masih difokuskan untuk menggarap nasabah payroll selected partners. Hal itu dikarenakan jumlah nasabah yang sudah cukup besar dan kepastian risiko rendah.

Saat ini pertumbuhan BNI Fleksi sampai dengan September 2019 sudah di atas 15 persen yoy dan sesuai dengan target yang ditetapkan perseroan sampai akhir tahun.

“Pendorong kinerja BNI Fleksi adalah dengan mengoptimalkan kredit nasabah payroll di selected partners dengan menawarkan layanan yang cepat. Tak hanya itu, perseroan juga menawarkan kemudahan akses melalui digital platform dan pricing yang menarik,” katanya kepada Bisnis, Selasa (8/10/2019).

Donny menambahkan untuk nilai besaran kredit yang paling banyak diminati nasabah saat ini dikisaran Rp100 juta sampai dengan Rp150 juta. Perseroan pun memastikan belum akan menyasar segmen nasabah yang lebih luas dalam memasarkan BNI Fleksi.

Bank dengan sandi saham BBNI, mencatat jumlah nasabah payroll saat ini berkisar 3 juta dan belum seluruhnya tersentuh utilisasi payroll loan.

Sisi lain dalam mengantisipasi persaingan dengan tekfin, perseroan justru memilih jalur bekerjasama untuk menggarap pinjaman konsumer segmen mikro khusus nasabah atau mitra BNI yang selama ini tidak eligible diberikan BNI Fleksi.

“Tekfin akan mengakomodir nasabah yang tidak memenuhi persyaratan atau unbank community antara lain dari biaya akuisisi maupun persyaratan lain,” katanya.

UTILISASI NASABAH PAYROLL

Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan perseroan juga memberikan utilisasi pada nasabah payroll dalam hal pemberian produk KTA yang bernama Kredit Serbaguna Mandiri atau KSM.

Bahkan, perseroan memberikan batas hingga 40 persen dari total pendapatan dalam pencairan pinjaman yang bisa diperoleh nasabah.

“Kalau gaji di kita bisa mengajukan KSM dengan bunga yang menarik dan maksimal plafon 40 persen dari total gajinya,” katanya.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas menambahkan pertumbuhan KSM per Agustus 2019 tumbuh 20 persen yoy dengan baki debet sebesar Rp72 triliun.

Menurutnya, strategi utama perseroan dalam penyaluran KSM tetap kepada pendekatan kebutuhan nasabah, di mana secara target market sudah mencakup seluruh segmen dari PNS/TNI/Polri, BUMN, dan Swasta.

Pendorong kinerja Mandiri KSM masih dari segmen pegawai tersebut. Alhasil, fokus utama pertumbuhan KSM juga pada nasabah ASN, TNI, POLRI, BUMN, dan korporasi yang telah menyalurkan pembayaran gajinya melalui Bank Mandiri.

Adapun, kebutuhan nasabah sampai saat ini cukup banyak pada nominal kredit  Rp100 juta - Rp150 juta yang kebanyakan digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan nasabah seperti untuk biaya pendidikan, renovasi, kesehatan, liburan, dan lainnya.

“Agar KSM dapat bersaing dengan fintech, kami telah menawarkan kemudahan dan kecepatan proses dengan cara melakukan simplifikasi proses sehingga pemutusan kredit dapat lebih cepat karena kami memiliki data eksisting customer yang lebih lengkap,” katanya.

Selain hal tersebut perseroan membuka kerjasama dengan beberapa tekfin untuk berkolaborasi baik dengan cara Join financing maupun channeling untuk jenis pembiayaan tanpa agunan ini. Perseroan pun berharap penyaluran KSM sampai akhir tahun dapat melampui industri secara umum.

Hal serupa disampaikan Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan yang mengatakan KTA perseroan mayoritas adalah cross selling dengan nasabah payroll eksisting, kartu kredit, dan tabungan. Saat ini KTA pun masih tumbuh di level 10 persen yoy.

“Daripada fintech saya rasa bank harusnya menawarkan bunga yang lebih bagus, walau saya rasa ada perbedaan segmen dengan fintech yang relatif menyasar segmen non bankable dan tiket size jauh lebih kecil. Ticket size kami Rp75 juta - Rp100 juta,” katanya.

PERSAINGAN KETAT

Sementara itu tak semua bank besar mencatat pertumbuhan yang menggiurkan, Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Hari Purnomo mengatakan pertumbuhan kredit tanpa agunan perseroan, yakni kredit BRIGuna malah cenderung tumbuh moderat pada Agustus 2019.

Bahkan, imbuh Hari, pertumbuhan kredit BRIGuna tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit segmen konsumer lainnya, misalnya KPR masih tercatat tumbuh positif, sekitar 23 persen yoy per Agustus 2019.

“Pertumbuhan kredit BRIGuna yang moderat tersebut lebih disebabkan semakin ketatnya persaingan di pasar payroll loan,” katanya.

Hari menuturkan, perseroan masih akan mendorong pertumbuhan BRIGuna hingga akhir tahun 2019. Selain menyesuaikan tingkat suku bunga sesuai dengan kondisi persaingan, perseroan akan memacu kredit lewat platform digital yang dimiliki perseroan dan anak usaha, PT BRI PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (BRI Agro).

“Strategi yang dilakukan oleh BRI untuk meningkatkan kredit Briguna antara lain dengan digitalisasi proses bisnis kredit BRIGuna dengan teknologi seperti BRISpot dan Pinang [Pinjaman Tenang],” jelas Hari.

Hari menambahkan, dengan upaya menggenjot kredit melalui platform digital, perseroan tetap optimis pertumbuhan kredit BRIGuna pada akhir tahun akan terus membaik sesuai dengan target yang ditetapkan akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Taufikul Basari
Terkini