Balai Arkeologi Papua Temukan Obsidian, Komoditas Dagang Ribuan Tahun Silam

Bisnis.com,14 Okt 2019, 11:30 WIB
Penulis: Newswire
Perajin menyelesaikan pembuatan kerajinan berbahan batu obsidian di rumah produksi Kurnia Alam Stone, Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (13/2/2019). Kerajinan berbahan batu obsidian tersebut dijual dengan harga Rp5.000Rp50.000 per kilogram dengan rata-rata berat 1 kg hingga 500 kilogram./Antara-Nurul Ramadhan/aww.

Bisnis.com, JAYAPURA — Balai Arkeologi Papua berhasil menemukan obsidian setelah melakukan penggalian benda purbakala di Situs Yomokho, Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua.

Obsidian adalah batu kaca berwarna hitam atau hitam keabu-abuan yang berasal dari lahar cair yang cepat membeku.

"Obsidian yang ditemukan dalam bentuk pecahan. Pecahan obsidian ini dihasilkan lewat pemangkasan dari batu inti dalam proses pembuatan alat serpih," kata Hari Suroto, arkeolog senior dari Balai Arkeologi Papua, Senin (14/10/2019).

Obsidian, katanya, menjadi komoditas utama yang diperdagangkan oleh warga yang mempunyai budaya Lapita.

"Orang-orang Lapita berasal dari Pulau Manus, Britania Baru, sebelah utara Papua Nugini. Mereka melakukan serangkaian perdagangan jarak jauh dengan menggunakan perahu layar bercadik pada 3500 tahun yang lalu," katanya.

Jaringan perdagangan orang Lapita. lanjut Hari, termasuk salah satu jaringan dagang yang paling mula-mula sekaligus paling luas jangkauannya pada zaman prasejarah, hingga mencapai Sabah dan Fiji.

Secara geologis, kata Hari yang merupakan alumnus Universitas Udayana Bali itu, obsidian tidak didapatkan di kawasan Danau Sentani dan Pegunungan Cyclops, tetapi temuan obsidian di Situs Yomokho, membuktikan bahwa pada masa prasejarah, telah terjadi kontak antara manusia penghuni Danau Sentani dan luar.

"Obsidian yang ditemukan di Situs Yomokho menunjukkan bahwa kawasan Danau Sentani pada masa prasejarah, menjadi bagian dalam jaringan perdagangan Lapita," ungkapnya.

Hal ini didukung oleh hutan sekitar Danau Sentani dan kawasan Pegunungan Cyclops yang menghasilkan komoditas khas berupa burung cenderawasih, untuk dipertukarkan dengan obsidian-obsidian dari Britania Baru.

Menurut dia, budaya Lapita telah sangat maju sehingga memungkinkan orang Lapita mampu mengadakan perjalanan laut yang sangat jauh sampai bisa mencapai pulau-pulau di Pasifik hingga pesisir utara Papua dan pulau-pulau di lepas pantai Papua.

"Sekitar 2500 tahun yang lalu, jaringan dagang Lapita mengalami kemunduran, tetapi jejaknya ada di sekitar Danau Sentani," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Zufrizal
Terkini