Morgan Stanley: Kesepakatan Dagang Parsial AS-China Picu Ketidakpastian

Bisnis.com,14 Okt 2019, 07:08 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Presiden China Xi Jinping, Ibu Negara China Peng Liyuan, Presiden AS Donald Trump dan Ibu Negara AS Melania menghadiri makan malam kenegaraan di Aula Besar Rakyat di Beijing, Cina, 9 November 2017./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan jasa keuangan  Morgan Stanley menyatakan kesepakatan perdagangan parsial antara Presiden Donald Trump dengan China merupakan kesepakatan yang tidak pasti dan tidak ada peluang untuk mengurangi tarif impor yang ada saat ini.

AS setuju untuk menunda kenaikan tarif barang-barang China senilai US$ 250 miliar menjadi 30 persen dari 25 persen yang ditetapkan berlaku mulai besok waktu setempat.

Namun, kenaikan tarif yang diterapkan pada bulan September tidak dibatalkan dan rencana untuk kenaikan lagi saat sebelum liburan Natal pada 15 Desember 15 tetap diberlakukan.

Tanpa mekanisme penyelesaian sengketa jagka panjang, putaran kenaikan tarif lainnya tidak dapat dikesampingkan, menurut Morgan Stanley seperti dikutip CNBC.com, Senin (14/10/2019).

"Belum ada jalan yang layak untuk penurunan tarif yang ada dan kenaikan tarif tetap menjadi risiko yang berarti," menurut bank itu dalam sebuah catatan.

Karena itu bank tersebut menyatakan belum akan ada rebound yang berarti dalam perilaku perusahaan yang akan mendorong ekspektasi pertumbuhan global yang lebih tinggi.

Presiden Trump mengatakan bahwa fase pertama dari perjanjian perdagangan akan ditandatangani dalam tiga minggu ke depan. Sebagai bagian dari fase satu, China akan membeli produk pertanian AS senilai  antara US$40 miliar hingga US$50 miliar.

Sedangkan perusahaan jasa perbankan Evercore menulis bahwa fase pertama dari kesepakatan perdagangan AS-China tidak memberi kejelasan bagi perusahaan-perusahaan global untuk memutuskan di mana akan berinvestasi, menghasilkan tenaga kerja atau sumber pendanaan.

Jika AS mempertahankan perspektif mentalitas "menekan China" maka perang dagang akan berlanjut, menurut perusahaan itu.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini