Anies: Kampung Melayu Sudah Dinormalisasi, Masih Banjir

Bisnis.com,16 Okt 2019, 07:09 WIB
Penulis: Feni Freycinetia Fitriani
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan/Antara

Bisnis.com, JAKARTA--Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memaparkan capaian kinerja selama memimpin Ibu Kota selama 2 tahun terakhir.

Dia menuturkan salah satu program prioritas yang dikebut yakni penanganan banjir, khususnya jelang musim hujan yang akan datang dalam waktu dekat. Anies menegaskan banjir di Jakarta tetap terjadi apabila volume air dari hulu tak bisa dikendalikan.

"Sebesar apapun yang kita buat, secepat apapun jalur sampai ke laut, kita akan selalu menghadapi masalah. Kenapa ada masalah? Karena kita mengahdapi permukaan tanah yang lebih rendah, lalu permukaan air laut yang lebih tinggi," saat konferensi pers di Balai Kota DKI, Selasa (15/10/2019).

Karena itu, Anies mengaku strategi yang diterapkan oleh Pemprov DKI bukan sekadar betonisasi di hilir sungai, tetapi membangun kolam-kolam retensi di hulu. Tujuannya agar volume air yang masuk ke Jakarta lebih terkendali.

Dia juga mencontohkan kegagalan proyek normalisasi sungai Ciliwung yang dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya. Pasalnya, beberapa bulan lalu kawasan Kampung Melayu kembali banjir. Padahal daerah tersebut telah dinormalisasi di era Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

"Karena kalau tidak [memperbaiki hulu], lihat beberapa bulan yang lalu kawasan Kampung Melayu banjir, padahal di situ sudah dilakukan normalisasi. Dan justru banjirnya di kawasan yang sudah terjadi normalisasi," imbuhnya.

Secara logika, di tempat yang sudah ada normalisasi, harusnya tidak banjir. Anies menilai air sungai tetap meluap karena masalah volume air yang dari hulu itu tidak dikendalikan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Anies mengatakan sudah berbicara dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono bahkan dengan Presiden Joko Widodo terkait percepatan Bendungan-bendungan dibangun di hulu.

Menurutnya, apapun yang dikerjakan Pemprov DKI Jakarta di hilir, apalagi dengan ada permukaan air laut yang tinggi, kecepatan air yang tinggi dengan volume besar tidak mungkin bisa dipompa dengan cepat sampai ke laut.

"Jadi kita dorong ke sana. Itu yang sedang kita lakukan, jangka panjangnya begitu. Dan kita bicara dengan BBWSCC untuk membereskan itu," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Taufikul Basari
Terkini