Energi dan Konstruksi Topang Kredit Perbankan

Bisnis.com,16 Okt 2019, 08:47 WIB
Penulis: M. Richard
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Sektor energi dan kontruksi menjadi magnet pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini seiring dengan maraknya proyek pemerintah di bidang tersebut.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin berpendapat pertumbuhan kredit dari sektor energi dan konstruksi menjadi pendongkrak pertumbuhan kredit tahun ini.

"Serapan kredit dari kedua sektor ini cukup kuat, dan bisa menjadi pendorong. Namun, perlu diakui juga bahwa kemampuannya juga terbatas," katanya kepada Bisnis, belum lama ini.

Dia menjelaskan sektor energi mendapat dorongan yang cukup kuat seiring dengan adanya dorongan dari implementasi sustainability development goals.

Menurutnya, perusahaan milik negara, serta swasta gencar membangun micro hydro, dan membuat penyerapan kreditnya meningkat.

"Nilai pembiayaannya tidak begitu besar memang, yakni Rp200 miliar hingga Rp300 miliar. Namun ini banyak dan potensial," paparnya. 

Adapun pada tahun ini setidaknya ada dua proyek besar terkait pembangunan pembangkit listrik yang mendapatkan pembiayaan perbankan. Pada awal tahun Salim Group menerima kredit sindikasi dalam mata uang rupiah senilai Rp3,96 triliun dan dalam bentuk valas senilai US$140,6 juta melalui PT Tamaris Hidro dan anak perusahaan.

Kredit akan digunakan untuk refinancing dan pembiayaan konstruksi beberapa proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTMH), serta kebutuhan pengembangan usaha.

Kemudian pada Juli 2019 sejumlah bank pelat merah serta anak usaha menyalurkan kredit sindikasi senilai US$689,75 juta atau setara Rp9,8 triliun kepada PT Kerinci Merangin Hidro, milik keluarga Jusuf Kalla. Pembiayaan ini bertujuan untuk pembangunan PLTA dengan kapasitas sebesar 4 x 87,5 MW (megawatt) yang berlokasi di Kerinci, Jambi.

Amin menyampaikan, gencarnya realisasi pembangunan infrastruktur pada akhir tahun, masih membuat sektor konstruksi berpotensi menjadi pendongkrak pertumbuhan kredit tahun ini.

"Konstruksi ini masih cukup potensial juga. Dan masih bisa diharapkan untuk memupuk optimisme," ujarnya.

Berdasarkan data OJK, pertumbuhan bersih kredit konstruksi pada Juli 2019 adalah 12,0% menjadi Rp354,14 triliun. Tren ini lebih tinggi periode sama tahun lalu 9,1% menjadi Rp282,39 triliun.

Di samping itu, Amin menyampaikan kredit pemilikan rumah (KPR) juga menjadi penopang yang cukup baik pada tahun ini. Pemerintah gencar mendorong tingkat kepemilikan rumah melalui bank-bank pelat merah, dan ikut mendorong bank swasta lain untuk berkontribusi.

"Lagi pula, konsumsi masyarakat masih cukup stabil pada tahun ini, dan membuat tendensi untuk memiliki rumah masih cukup tinggi, khususnya di kelas menengah bawah," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini