Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (Bank Jatim) masih mencatatkan fungsi intermediasi sangat rendah dibandingkan dengan bank lain. Hal itu terlihat dari rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) yang jauh di bawah rata-rata nasional.
Berdasarkan paparan kinerja kuartal III/2019, LDR Bank Jatim masih di kisaran 61,64%. Rasio ini naik tipis 162 basis poin (bps) dibandingkan dengan posisi pada akhir kuartal II/2019 sebesar 60,02%. Namun, angka itu masih tidak sesuai dengan target perseroan.
Menurut Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur, perseroan menargetkan rasio LDR bisa mencapai 65% pada akhir 2019. Dia menyebutkan bahwa bukan tanpa sebab rasio LDR Bank Jatim masih rendah hingga saat ini. Padahal rata-rata nasional LDR sekitar 94%.
“Challenge karena kami kejar lending dan aset, kami harus kejar aset BJB [Bank Jabar Banten], jadi otomatis LDR enggak bisa langsung geraknya signifikan. Harapannya kami di angka 70% bisa menyentuh, tapi akhir tahun mungkin bisa sampai 65%,” ujar Ferdian di kawasan SCBD, Jakarta, Rabu (16/10/2019).
Sebagai catatan, hingga kuartal III/2019 Bank Jatim telah menyalurkan kredit sebesar Rp37,73 triliun. Nilai ini tumbuh 14,07% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kredit terbesar yang disalurkan Bank Jatim masih berasal dari sektor konsumer dengan nilai Rp22,86 triliun atau tumbuh 8,71% yoy. Namun, pertumbuhan kredit tertinggi hingga akhir September terjadi dari sektor komersial yang mencapai 28,70% yoy.
Pertumbuhan kredit komersial yang tinggi itu disebabkan oleh kenaikannilai pembiayaan sindikasi BJTM. Ferdian menyebut nilai kredit sindikasi Bank Jatim per kuartal III/2019 tumbuh 194,2%
“Kami punya potensi [kredit sindikasi] di 2019 Rp1,2 triliun, sudah ditarik Rp800 miliar, sisa kurang lebih Rp420 miliar lagi. Komitmen sudah ada, tinggal penarikan. Terbanyak masih dari [proyek] tol. Jadi komitmen [sindikasi] tol kami ada Rp3,5 triliun, sudah ditarik pada 2018 Rp800 miliar lalu di 2019 penarikan Rp1,2 triliun-Rp1,3 triliun dan 2020 potensinya Rp1,5 triliun,” ujarnya.
Dari segi penghimpunan dana, hingga akhir September 2019 pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Bank Jatim mencapai 15,83% yoy menjadi Rp61,21 triliun. Pertumbuhan DPK ini ditopang keberadaan giro yang tumbuh 22,81% atau Rp23,56 triliun, tabungan 12,38% atau Rp18,29 triliun dan deposito 11,35% yoy atau Rp19,35 triliun.
“Soal DPK malah trennya terbalik dengan bank lain karena kami bisa tumbuh 15% lebih. Jadi tantangan kami growth spending yang harus lebih besar ke depan sementara LDR masih cukup rendah sekitar 61,64%,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel