BNI Memilih Merangkul Tekfin Ketimbang Menjadikan Lawan

Bisnis.com,17 Okt 2019, 15:48 WIB
Penulis: Lalu Rahadian
Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta memaparkan Laporan Kinerja BNI 2018 di Jakarta, Rabu (23/1/2019)./ANTARA-Reno Esnir

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. tidak menganggap kehadiran perusahaan teknologi finansial (tekfin) sebagai ancaman untuk memberi akses atau inklusi keuangan yang lebih masif ke masyarakat.

Menurut Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta, perusahaan tekfin dapat menjadi mitra dalam meningkatkan inklusi dan literasi keuangan masyarakat. Apalagi, Herry menilai tingkat inklusi keuangan masyarakat hingga kini masih belum terlalu tinggi.

“BNI menilai fintech [financial technology] sebagai mitra untuk berkolaborasi memberikan akses keuangan kepada masyarakat. Apalagi indeks inklusi keuangan di Indonesia masih terbilang rendah dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Herry kepada Bisnis, Selasa (15/10/2019).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja mengklaim bahwa tingkat inklusi keuangan masyarakat berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) telah mencapai tatget yang ditetapkan.

Menurut lembaga ini, inklusi keuangan masyarakat saat ini sudah lebih dari 75%. Angka ini sesuai target yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Herry menganggap kehadiran perusahaan tekfin sebagai pelaku baru penggenjot inklusi keuangan tak berdampak negatif. Bahkan, dia menyebut kerja sama kerap dilakukan BNI dengan sejumlah perusahaan tekfin hingga kini.

“BNI sudah menjalin kerja sama dengan belasan fintech, khususnya jenis peer to peer lending dan pembayaran. Ini merupakan terobosan baru di tengah kekhawatiran fintech bakal jadi pesaing perbankan, termasuk BNI,” katanya.

Emiten berkode BBNI ini menganggap kolaborasi dengan perusahaan tekfin merupakan hal yang harus dilakukan menghadapi perkembangan jaman. Hal ini juga dipercaya dapat membawa dampak positif bagi kinerja perseroan ke depannya.

Sebagai catatan, berdasarkan SNLIK 2016 tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat berturut-turut sebesar 29,66% dan 67,82%. Nilai ini naik dibanding hasil survei 3 tahun sebelumnya.

SNLIK 2016 juga memperlihatkan tingkat inklusi keuangan tertinggi terjadi pada industri perbankan di banding sektor jasa keuangan lain, seperti lembaga asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan, pergadaian dan pasar modal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini