Bank Membutuhkan Subsidi FLPP Dibandingkan Menurunkan Uang Muka KPR

Bisnis.com,21 Okt 2019, 17:31 WIB
Penulis: Ipak Ayu H Nurcaya
Perumahan sederhana di Kelurahan Tegal Gede, Kecamatan Sumbersari, Jember, Jawa Timur, yang pemilikannya dibiayai KPR BTN./Antara-Seno

Bisnis.com, JAKARTA — Perlambatan pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) seiring dengan menurunnya industri properti, langkah melonggarkan rasio loan to value (LTV) dinilai tidak berdampak signifikan dalam mendongkrak pertumbuhan kredit.

Hal itu disampaikan Ketua Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo saat ditemui di Jakarta akhir pekan lalu.

Tiko, sapaan akrabnya, menilai di tengah kondisi di atas maka yang paling penting dilakukan untuk menggenjot KPR dengan menambah kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan. 

Sebenarnya pada tahun ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memiliki anggaran pembiayaan rumah subsidi sebesar Rp7,1 triliun untuk 68.000 unit rumah. Angka itu lebih tinggi dari penyaluran FLPP tahun lalu yang senilai Rp5,8 triliun untuk 57.939 unit rumah MBR.

Namun, belum selesai anggaran berjalan tahun ini, perbankan sudah banyak yang mengklaim kehabisan kuota FLPP. Padahal menurut para bankir permintaan masih cukup tinggi.

"Dampak LTV tidak terlalu signifikan yang penting sekarang itu FLPP ditambah karena demand properti paling banyak di bawah Rp200 juta. Jika segmen tersebut ditambah FLPP maka hasilnya penyalurannya besar sekali," kata Tiko.

Dia juga menambahkan tiga kawasan yang akan dibanjiri penyaluran KPR segmen menengah ke bawah yakni Sumatra, Sulawesi, dan Jawa di kota-kota tier tiga. Alhasil, dia juga menilai saat ini pengembang besar seperti Ciputra Group, Sinarmas Land mulai bergeser menggarap  segmen tersebut dari yang sebelumnya fokus pada produk investasi.

Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Bank Mandiri ini pun mengakui saat ini portofolio perseroan untuk FLPP masih kecil atau sekitar 10%.

Untuk itu, Tiko juga menyarankan, perbankan ke depan sebaiknya aktif menjaring jaringan-jaringan baru baik secara fisik atau digital.

"Menggarap segmen menengah bawah ini tidak seperti memberikan kredit korporasi Rp2 triliun. Jadi memang harus memiliki jaringan yang luas. Mandiri juga sudah mulai menjalankan agen ultramikro selain investasi di fintech seperti Amarta, KoinWorks, Crowde untuk menggarap kredit kecil," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini