Setelah Satu Dekade Penyelamatan Century, Jatuh Bangun Bersama J Trust Group

Bisnis.com,22 Okt 2019, 10:32 WIB
Penulis: M. Richard
Suasana di kantor J Trust Bank/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Batuk parah PT Bank J Trust Indonesia Tbk. agaknya sudah mulai mereda sejak 2017. Namun, sayangnya upaya melawan penyakit tersebut justru membuat bank ini belum bisa banyak berkutik.

Perseroan eks Bank Century dan Bank Mutiara ini memiliki sejarah yang cukup panjang dalam melawan kredit bermasalah. Ketika pertama kali dipinang pada 2014 oleh J Trust Co. Ltd., rasio nonperforming loan (NPL) gross perseroan masih 12%.

Kualitas kredit ini sempat membaik ke posisi 3,71% pada 2015, tetapi memburuk lagi pada tahun berikutnya menjadi 6,98%. Pada 2017, rasio NPL gross ini mampu diturunkan kembali oleh pengurusnya ke posisi 2,94%.

Pada akhir tahun lalu dan paruh pertama tahun ini, rasio NPL gross masing-masing tercatat 4,26% dan 3,68%
Guna mengobati batuk-batuk yang terus kambuh ini,

Bank Jtrust terpaksa menelan obat pahit berupa beban pencadangan yang mahal setiap tahun, rata-rata Rp300 miliar per tahun pada 2014—2018.

Dengan beban yang besar tersebut, pendapatan bunga bersih perseroan belum cukup membantu untuk mencetak laba. Bahkan, perseroan harus rela mencatatkan rugi rata-rata Rp500 miliar per tahun sejak 5 tahun silam.

Bank yang tergolong sebagai bank umum kelompok usaha (BUKU) II ini sebenarnya menunjukkan pertahanan diri yang cukup kuat karena mampu menjaga capital adequacy ratio (CAR) di kisaran 14%.

Hanya saja, rasio modal tersebut didukung sepenuhnya oleh suntikan modal baru dari investor Jepang, yang terkenal sangat setia.

Berdasarkan catatan Bisnis, Bank Mutiara dipinang oleh J Trust dengan mahar Rp4,41 triliun pada 2014 dan langsung disuntik modal baru Rp300 miliar pada akhir 2014. Suntikan modal dilakukan bertahap hingga 2017, dengan total nilai mencapai Rp3 triliun.

Sayangnya, fungsi intermediasi perseroan belum membaik. Bahkan setelah batuk-batuknya sehat pada 2017, pertumbuhan kredit pada tahun berikuitnya justru tipis, yakni 3,79% (year-on-year) menjadi Rp17,82 triliun. Pada semester pertama tahun ini, outstanding kredit Bank J Trust bahkan tercatat turun di posisi Rp15,86 triliun.

TITIK SEIMBANG
Kepala Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang menyampaikan kondisi perseroan tergolong cukup mengkhawatirkan.
Pasalnya, kualitas kredit yang melemah pasca akuisisi investor baru merupakan kredit baru yang lazimnya sudah dapat dikelola dengan baik.

“Bank ini memang masih dalam kondisi mencari titik keseimbangan. Mereka masih perlu banyak adaptasi dengan iklim bisnis di Indonesia,” katanya.

Dia menuturkan, kondisi seperti ini juga kemungkinan mengindikasikan adanya kemungkinan fraud atau kompetensi sumber daya manusia perseroan yang rendah.

Dia menyampaikan, potensi bank untuk menorehkan kinerja positif akan semakin berat pada tahun ini. Selain karena potensi peningkatan beban pencadangan yang lebih tinggi akibat implementasi pedoman standar akuntansi keuangan (PSAK) 71, modal perseroan juga sangat tipis untuk dapat menggenjot kredit.

Adapun, rasio kecukupan modal Bank Jtrust berada pada 13,36%. Jika rasio kewajiban penyediaan modal minimum sesuai profil risikonya berada pada 11%, perseroan memiliki ruang permodalan sekitar 2% untuk dapat meningkatkan kredit sambil menyerap kerugian.

Bisnis berupaya menghubungi Direktur Bank J Trust Helmi Arief Hidayat dan Sekretaris Perusahaan Bank JT rust Indonesia Rudyanto Gunawan melalui telepon dan surat elektronik perusahaan. Sayangnya, keduanya belum memberi tanggapan.

Berdasarkan siaran pers Bank J Trust awal kuartal ketiga tahun ini, perseroan tampak tengah meningkatkan kinerja fee based income dan bisnis transaksi melalui transformasi digital. Apakah upaya ini akan menyehatkan perseroan? Semoga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini