Bisnis.com, JAKARTA — Saat ini masyarakat kian dimanjakan dengan layanan teknologi finansial dan dompet digital, mulai dari penawaran potongan harga hingga pengembalian dana. Bahkan, layanan bisnis bank pun mulai disasar salah satunya transfer gratis antarbank.
Padahal saat ini, transfer antar bank yang dilakukan dengan layanan eksisting bank umumnya dibebankan biaya sekitar Rp6.500.
Pakar Keamanan Siber CISSReC Pratama Persada mengatakan aplikasi dan web layanan transfer gratis antar bank sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja. Namun, yang sulit adalah mendapatkan izin dari Bank Indonesia.
Sampai tahun lalu, menurut Pratama, baru Flip saja layanan transfer gratis antar bank yang mendapatkan izin dari Bank Indonesia.
Sementara itu, pada dompet elektronik OVO, Dana, Gopay, hingga LinkAja umumnya hanya menyematkan layanan gratis transfer antarbank sebagai salah satu fasilitas.
"Sepertinya mereka punya multirekening untuk layanan ini, jadi sebenarnya memfasilitasi transfer sesama bank. Untuk izin mereka memang harus dicek lagi ke regulator kalau BCA punya Sakuku hanya gratis transfer ke BCA saja," katanya kepada Bisnis, Selasa (22/10/2019).
Pratama mengemukakan secara teknis layanan semacam Flip adalah menjadi perantara dan harus mempunyai banyak rekening dan dana cadangan. Jadi, pengirim memasukkan dua data yaitu rekening bank pengirim dan rekening bank tujuan.
Pengirim nantinya secara otomatis akan mengirim dana ke rekening bank yang sama milik penyedia layanan. Setelah dana masuk, lanjut Pratama, penyedia layanan akan melakukan transfer ke rekening tujuan dari rekening bank yang sama.
Oleh sebab itu, diperlukan dana yang tidak sedikit sebagai talangan sementara. Alhasil, sebenarnya tidak ada bakar duit untuk subsidi atau mengganti biaya transfer, tetapi memang ada biaya operasional harian.
"Proses inilah yang membuat waktu transfer menjadi lama karena menggunakan model dana talangan sementara, penyedia layanan seperti Flip membatas transfer maksimal Rp5 juta saja," ujar Pratama.
Untuk itu, dengan model teknis seperti ini sulit dikatakan layanan semacam Flip mengancam model bisnis perbankan saat ini. Pasalnya, proses yang terjadi masih sederhana dan membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebenarnya tidak reliable, apalagi jika bertambah banyak yang transfer, maka waktu antrean akan bertambah lama.
Antrean yang lama dijadikan Flip sebagai jalan mencari uang. Apabila tidak ingin antrean berjam-jam, nasabah bisa memilih membayar Rp2.500 untuk melewati antrean. Tak hanya itu, khusus transfer rekening perusahaan, juga dikenakan Rp2.500 untuk aplikasi Flip.
BELUM MEMBESAR
Sementara itu, Pratama menilai aplikasi transfer gratis masih belum sebesar aplikasi dompet digital, prosesnya masih lebih sederhana, dan jumlah transfernya juga masih terbatas.
Mungkin jika di masa depan ada investasi teknologi, sumberdaya manusia (SDM), dan juga investasi modal, bisa saja model bisnis transfer gratis antar bank ini menggeser model transfer konvensional.
"Namun, untuk saat ini rasanya masih sulit. Apalagi pemakai Flip misalnya masih terbatas di angka 600.000 yang terdaftar. Modal, teknologi dan SDM memang menjadi tantangan tersendiri bila aplikasi model ini ingin membesarkan diri," ujarnya.
Pratama menambahkan sejumlah hal yang perlu diperhatikan ketika masyarakat menggunakan layanan transer gratis yakni pastikan menggunakan aplikasi resmi yang di download dari apps store.
Selain itu, upayakan tidak menggunakan wifi gratisan ketika melakukan transaksi transfer uang. Kondisi ponsel yang baik juga perlu diperhatikan, sehingga pastikan melengkapi dengan layanan anti virus.
"Verifikasi juga penting setelah melakukan transaksi dan laporan pada customer service harus sesegera mungkin jika terjadi masalah," katanya.
Terakhir menurut Pratama, pentingnya penggunaan kata sandi yang kuat agar semakin aman. Namun, dia memastikan jika tidak terpaksa, lebih baik gunakan sistem transfer eksisting milik bank saja yang lebih teruji keamanan dan realibilitasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel