Larangan Visi Misi Menteri, Politisi Masih Bisa 'Memainkan' Kementerian?

Bisnis.com,25 Okt 2019, 17:15 WIB
Penulis: Newswire
Suasana sidang kabinet paripurna di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (24/10/2019). Sidang kabinet paripurna itu merupakan sidang perdana yang diikuti menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menilai tujuh perintah presiden untuk Kabinet Indonesia Maju yang salah satunya hanya ada visi dan misi presiden dan wakil presiden merupakan langkah antisipasi adanya benturan kepentingan politik.

Adanya perintah presiden yang menyatakan tidak ada visi misi menteri merupakan sinyal kuat agar para Kabinet Indonesia Maju harus sejalan dan mengutamakan kepentingan rakyat dibanding lainnya, katanya saat dihubungi di Jakarta, Jumat (25/10/2019).

Emrus mengkhawatirkan jika tidak ada ketegasan larangan visi dan misi menteri, maka para politisi tersebut bisa saja "membungkus" kepentingan partai politik mereka di kementerian yang dipimpinnya.

Akibatnya, visi dan misi yang telah digagas oleh Presiden Joko Widodo untuk lima tahun ke depan tidak terealisasi dengan maksimal karena adanya benturan kepentingan tadi.

Selain itu, kata dia, para menteri yang ditunjuk oleh presiden juga harus menyadari posisi mereka sebagai pembantu kepala negara dalam menjalankan amanah rakyat. Sehingga, penegasan larangan visi misi tersebut merupakan langkah positif.

"Menteri itu kan pembantu di Undang-Undang Dasar kita menyebut pembantu. Jadi mohon maaf harus dengan sadar betul teman-teman menteri itu, harus meresap dalam hati dan pikiran mereka adalah pembantu presiden," katanya.

Atas dasar tersebutlah ia berpandangan pernyataan Presiden Joko Widodo tidak ada visi misi menteri merupakan suatu langkah tepat untuk membangun Indonesia yang maju.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyatakan tujuh perintah yang harus dilaksanakan para menteri usai dilantik. Poin tersebut yaitu jangan korupsi, tidak ada visi misi menteri, kerja cepat, keras dan produktif.

Kemudian, jangan terjebak rutinitas yang monoton, kerja berorientasi pada hasil nyata. Selalu cek masalah di lapangan dan temukan solusinya. Terakhir semuanya harus serius dalam bekerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini