Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri perbankan di Indonesia dipandang perlu mulai menggarap pasar di luar sektor korporasi untuk penyaluran kredit.
Menurut Ekonom BCA David Sumual, pasar di luar sektor korporasi diperlukan mengingat banyak perusahaan besar yang saat ini terdampak perang dagang antara AS serta China. Dampak yang mereka rasakan membuat penyaluran pembiayaan industri perbankan terhambat.
"Memang ke depannya bank harus mulai merambah sektor lain di luar korporasi. Tapi korporasi memang masih bagus beberapa meski mengalami perlambatan," ujar David kepada Bisnis, Kamis (24/10/2019).
Untuk menggarap pasar di luar sektor korporasi, pelaku induatri perbankan disebut harus memiliki persiapan yang matang. Salah satu persiapan yang wajib dilakukan terkait seleksi dan analisa risiko kredit.
David mengatakan, analisa risiko kredit harus lebih serius dilakukan bank karena penyaluran kredit di luar sektor korporasi pasti melibatkan banyak individu atau pelaku usaha kecil dan menengah. Sementara, rekam jejak kredit mereka belum tentu mudah dilacak.
Agar tidak berujung masalah, sebelum menyalurkan kredit ke sektor lain maka bank harus membaca risiko dengan memanfaatkan data Bank Indonesia (BI) atau bekerja sama dengan perusahaan tertentu yang memiliki jasa analisa kredit.
David yakin kemampuan analis kredit tiap bank tidak cukup jika pelaku industri ini ingin serius menggarap sektor ritel atau UKM.
"Kalau dilihat memang pertumbuhan kredit UMKM, konsumer juga masih bagus ya. Masih bisa lah untuk dimanfaatkan. Atau fee based income sebagai alternatif pendapatan juga bisa didorong," katanya.
David juga menyebutkan bahwa bank bisa memanfaatkan pasar komersil atau pelaku usaha di tingkat menengah untuk menyalurkan kredit. Hal ini bisa dilakukan sepanjang masih besarnya tekanan yang dihadapi para korporasi.
Pekan lalu Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo menyarankan agar bank mulai beralih fokus menyalurkan pembiayaan dari sektor korporasi ke ritel. Pendapat ini ia kemukakan karena adanya pengaruh negatif terhadap kredit korporasi akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Pria yang akrab disapa Tiko ini juga memandang permintaan kredit dari segmen ritel terus meningkat. Hal ini bisa dimanfaatkan pelaku industri perbankan untuk menjaga pertumbuhan penyaluran kredit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel