Bisnis.com, JAKARTA – Laba bersih yang diraih PT Bank BNI Syariah tercatat naik signifikan pada kuartal III/2019.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, hingga akhir September 2019 laba bersih BNI Syariah naik 50,66 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp461,96 miliar. Pertumbuhan laba bersih ini diikuti meningkatnya nilai aset BNI Syariah sebesar 12,76 persen yoy menjadi Rp43,92 triliun.
Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo menyebut kenaikan aset BNI Syariah lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri sebesar 11,53 persen per akhir semester I/2019.
Kenaikan laba BNI Syariah disebutnya banyak didorong pertumbuhan pembiayaan yang berkualitas, efisiensi operasional, dan ekspansi dana murah atau CASA (current account saving account).
Selain itu, minat nasabah perseroan terhadap produk akad wadiah diklaim semakin tinggi. Hal ini membuat beban bagi hasil menurun.
“Secara umum kinerja BNI Syariah terus tumbuh secara konsisten di atas rata-rata industri,” kata Abdullah dalam keterangan tertulis, Jumat (25/10).
Hingga akhir September 2019 BNI Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp31,81 triliun. Nilai ini naik 18,34 persen dari periode sama tahun 2018.
Komposisi pembiayaan terbesar disumbang oleh segmen konsumer sebesar Rp15,08 triliun atau setara dengan 47,4 persen dari total pembiayaan. Segmen kedua terbesar penerima pembiayaan BNI Syariah adalah komersial sebesar Rp8,54 triliun atau 26,8 persen dari portofolio.
Kemudian, pembiayaan ke segmen kecil dan menengah tercatat sebesar Rp6,22 triliun (19,6 persen ), segmen mikro Rp1,61 triliun (5,1 persen ), dan kartu pembiayaan Rp358 miliar (1,1 persen ).
Pertumbuhan DPK
BNI Syariah juga mencatat kenaikan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 11,79 persen yoy menjadi Rp37,49 triliun dengan jumlah rekening 3,33 juta.
“Komposisi DPK ini didominasi oleh dana murah (giro dan tabungan) yang mencapai 61,95 persen . Rasio dana murah ini didapat dari kerjasama dengan institusi, perguruan tinggi, sekolah dan komunitas, salah satunya melalui program Masjidku Hasanahku, yaitu pelatihan optimalisasi manajemen keuangan masjid di 16 kota yang telah diikuti lebih dari 2.000 masjid sejak awal 2019,” tuturnya.
Masih pada periode yang sama, BNI Syariah menurunkan rasio biaya operasional dibanding pendapatan operasional (BOPO) menjadi 80,67 persen dari sebelumnya 85,49 persen pada September 2018. Seiring dengan rasio efisiensi, rasio profitabilitas salah satunya ROE (return on equity) juga mengalami kenaikan dari 10,47 persen menjadi 14,02 persen .
Adapun rasio pembiayaan bermasalah atau NPF anak usaha PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. ini turun 3 basis poin (bps) secara tahunan menjadi 3,05 persen.
“Membaiknya rasio NPF ini dicapai dengan pembiayaan ke sektor yang memiliki risiko rendah dengan terus memonitor kualitas pembiayaan secara konsisten sehingga menghasilkan yield yang optimal,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel