Nasi Goreng Diskonan, Gojek vs Grab, dan Inflasi

Bisnis.com,01 Nov 2019, 12:55 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Ilustrasi helm milik pengemudi Gojek./REUTERS-Beawiharta

Bisnis.com, JAKARTA – Anda pencinta hidangan nasi goreng? Jangan-jangan Anda adalah salah satu 'korban' perang harga layanan antar makanan yang digencarkan Gojek dan Grab akhir-akhir ini.

Dilihat-lihat, harga menu nasi goreng racikan berbagai merchant makanan menjadi jauh lebih miring setelah kedua penyedia layanan transportasi dan antar makanan populer itu mengobarkan perang harga untuk bahan makanan sehari-hari.

Tak tanggung-tanggung, Gojek dan Grab 'rela' memberikan diskon hingga sebesar 50 persen bahkan lebih untuk pembelian yang dilakukan secara online atau dengan e-wallet.

Bertarung untuk memperebutkan dominasi di negara berpenduduk 267 juta orang ini, Grab dan Gojek telah berkembang dari sekadar penyedia jasa transportasi menjadi aplikasi super yang menawarkan segalanya.

Tidak hanya membuat harga makanan menjadi lebih terjangkau, persaingan antara dua rival ini juga ternyata menjaga inflasi dan memungkinkan otoritas moneter di Tanah Air untuk melakukan pemangkasan suku bunga.

Beberapa bahan utama untuk membuat nasi goreng, yakni nasi, bawang, telur, dan cabai, dapat dibeli pekan ini dari salah satu supermarket ternama melalui aplikasi Grab hanya dengan seharga Rp144.600.

Namun, jika bahan-bahan makanan itu dibeli langsung dari supermarket yang sama, harganya akan mencapai Rp156.186. Bisa dihitung selisih harganya.

Enrico Tanuwidjaja, kepala ekonomi dan penelitian untuk PT UOB Indonesia di Jakarta, mengakui adanya kaitan antara pembelian melalui internet dengan inflasi.

“Sulit untuk menilai efek langsung pembelian secara online terhadap pertumbuhan harga dalam perekonomian, tetapi tentu saja membantu untuk meredam tekanan inflasi,” ujar Enrico, seperti dilansir melalui Bloomberg (Jumat, 1/11/2019).

Tingkat inflasi tercatat 3,1 persen pada Oktober 2019 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, laju paling lambat dalam enam bulan, dan tetap berada dalam kisaran target Bank Indonesia yakni 2,5 persen – 4,5 persen.

Sementara itu, pertumbuhan harga bahan makanan, yang berkontribusi sekitar 19 persen dari indeks harga konsumen, tercatat 4,8 persen pada Oktober dari 5,4 persen pada September.

Inflasi yang rendah memungkinkan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan sebanyak empat kali tahun ini guna membantu mendukung perekonomian di tengah perlambatan global.

BI akan menurunkan kisaran target inflasi menjadi 2 persen – 4 persen pada 2020 karena tekanan harga tetap lemah.

Meski demikian, menurut Enrico, masih ada alasan untuk tetap berhati-hati terhadap inflasi karena potongan harga dan penawaran cashback dari aplikasi Gojek maupun Grab tidak akan bertahan selamanya.

“Begitu Anda mencabut sumbatnya, inflasi mungkin tidak tetap teredam,” imbuh Enrico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini