Industri Biodiesel Butuh Investasi untuk Tambah Kapasitas

Bisnis.com,01 Nov 2019, 19:20 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Ilustrasi bahan bakar Biodiesel B20/Reuters-Mike Blake

Bisnis.com, MANGUPURA - Pelaku usaha menyatakan perlunya peningkatan investasi demi mendukung perkembangan industri biodiesel di tengah proyeksi kebutuhan yang kian tumbuh. 

Kapasitas terpasang pabrik pengolahan diharapkan dapat meningkat dengan dorongan tersebut.

Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan dalam konferensi pers di sela-sela gelaran Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) di Nusa Dua, Bali, Jumat (1/11/2019), mengatakan bahwa mandatori B30 yang berlaku pada 2020 mendatang bakal meningkatkan utilitas produksi pabrik pengolahan sampai sekitar 9,6 juta kiloliter (KL) atau hampir 80% dari kapasitas terpasang yang berada di angka 12 juta KL.

Kondisi ini dinilai belum ideal jika Indonesia ingin tetap mempertahankan ekspor biodiesel yang pernah membukukan rekor di angka 1,8 juta KL. Dengan asumsi ekspor di volume tersebut, Paulus memperkirakan kapasitas terpasang perlu lebih tinggi dari 12 juta KL.

"Dari kapasitas itu masih ada sisa sedikit. Apalagi, tidak semua 12 juta KL itu bisa dipakai semua. Itu kan hanya kapasitas terpasang. Kapasitas operasinya mungkin sekitar 85% sampai 90% karena ada yang perlu di-service dan perawatan. Jadi, dengan kapasitas tersebut akan sedikit sekali untuk ekspor," ujar Paulus.

Terlepas dari tantangan ini, Paulus menyatakan pada 2020 bakal ada penambahan kapasitas pabrik pengolahan. Dia tak bisa memperkirakan volume penambahannya atau berapa investasi yang telah tersedia mengingat angka-angka tersebut masih dalam tahap penghitungan.

"Tahun depan ada pertambahan. Masih dihitung. Ada anggota Aprobi, ada yang di luar anggota. Namun, sampai pertengahan tahun depan ada tambahan 1 juta KL sampai pertengahan tahun depan," kata Paulus.

Pada kesempatan yang sama, sejumlah analis komoditas memperkirakan mandatori biodiesel yang berlaku di Indonesia bakal berdampak pada pengurangan pasokan global sehingga berpotensi mendongkrak harga. Arif Rachmat dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan penurunan pasokan global sebesar 2,5 juta ton dapat mendongkrak kenaikan harga hingga US$100 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Lucky Leonard
Terkini