Investor Taiwan Lirik Industri Alas Kaki Indonesia

Bisnis.com,04 Nov 2019, 11:24 WIB
Penulis: Oktaviano DB Hana
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Potensi hadirnya investor baru di sektor alas kaki dinilai masih terbuka. Kehadiran pemodal baru dinilai memungkinkan produsen alas kaki nasional untuk bersaing dengan Vietnam guna merebut pangsa global.

Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri mengatakan beberapa investor asing sudah menjalin komunikasi dengan asosiasi. Para pemodal asal Taiwan, jelasnya, menanyakan peluang dan sejumlah kemudahan yang bisa didapatkan bila berinvestasi di Indonesia.

"Beberapa investor Taiwan sudah mulai cari-cari ke sini. Itu mungkin satu peluang," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (4/11/2019).

Firman mengatakan para investor itu mencari alternatif negara tujuan investasi. Pasalnya, saat ini Vietnam sudah cukup padat dengan aliran investasi.

Oleh karena itu, dia meyakini ke depan Indonesia bisa mulai bersaing dengan Vietnam untuk merebut pasar ekspor. Selama ini, kata dia, Vietnam cukup dominan memanfaatkan peluang yang terbuka akibat perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.

"Dalam konteks perang dagang, selama beberapa bulan ini faktanya kita belum mampu menyerap potensi dari perang dagang. Yang paling menikmati adalah Vietnam," ujarnya.

Pada semester I/2019, Firman mengatakan ekspor alas kaki nasional anjlok dengan penurunan terbesar ke Eropa, yakni hingga 25% dibandingkan semester I/2018.

Aprisindo, jelasnya, menilai ada dua faktor yang bisa memengaruhi realisasi tersebut. Pertama, ketatnya persaingan dengan Vietnam yang industrinya terus meningkat pesat. Kedua, terjadi penurunan permintaan, terutama dari negara-negara Eropa.

Dia mengatakan bahwa Aprisindo lebih cenderung melihat kondisi itu terkait dengan persaingan dengan Vietnam. Pasalnya, ekspor Vietnam pada periode yang sama meningkat signifikan.

 

"Kemarin memang kita tidak bisa mengambil dari Vietnam, tapi ke depan bisa. Vietnam sudah crowded, tenaga kerja bahkan mereka ambil dari Kamboja," kata Firman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Galih Kurniawan
Terkini