Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja perbankan syariah di Tanah Air sepanjang sembilan bulan tahun ini cenderung semakin melemah, terimbas oleh kondisi ketidakstabilan ekonomi global dan domestik.
Berdasarkan data kinerja keuangan periode 9 bulan pada 10 bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) yang dirangkum Bisnis, lima di antaranya terus menunjukkan perlambatan pertumbuhan laba. Di dalamnya termasuk PT Bank Mandiri Syariah dan PT Bank BNI Syariah.
Sementara itu, empat bank syariah lainnya masih terus membukukan penurunan laba dari kuartal I/2019 hingga kuartal III/2019. Hanya satu bank yang masih konsisten membukukan peningkatan pertumbuhan laba sepanjang tahun 2019, yaitu PT Bank Tabungan Pensiun Negara Syariah Tbk. (Lihat tabel)
Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty mengklaim positifnya pertumbuhan pembiayaan dan efisiensi bisnis menjadi kunci kinerja perseroan.
Per September 2019 perseroan telah menyalurkan pembiayaan Rp8,9 triliun kepada 3,65 juta keluarga prasejahtera produktif. Pembiayaan itu tumbuh 28% secara tahunan (year-on-year/yoy). Capaian ini juga diiringi kualitas yang baik dengan rasio kredit bermasalah (non-perfoming finance/NPF) di level 1,30%.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara mengatakan secara umum kinerja perseroan sampai September 2019 tumbuh membaik. Per September 2019 pembiayaan UUS mencapai Rp31,1 triliun, tumbuh 29,1% yoy.
“Jadi kami masih optimistis target akhir tahun akan tercapai. Targetnya Rp34,5 triliun atau naik 30% yoy,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Optimisme tersebut, tuturnya, didasari atas dua hal. Pertama, masih cukup banyak undisbursed loan atau fasilitas kredit yang belum ditarik debitur. Kedua, pembiayaan perumahan atau sektor konsumsi masih cukup banyak permintaannya.
UUS CIMB Niaga juga tercatat mampu menghimpun DPK sebesar Rp26,6 triliun atau naik 21,1% yoy per akhir September 2019.
Adapun, PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah masih berhasil menjadi penopang bagi kinerja induk usahanya hingga September 2019. Namun, pertumbuhan kinerjanya cenderung melambat.
Direktur Utama Mandiri Syariah Toni EB Subari mengatakan perolehan laba kuartal III/2019 didorong oleh pertumbuhan pembiayaan, perbaikan kualitas, peningkatan efisiensi, dan transformasi digital layanan BSM.
Sementara itu, Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo menyebut kenaikan laba BNI Syariah banyak didorong oleh pembiayaan yang berkualitas, efisiensi operasional, dan ekspansi dana murah atau CASA (current account saving account).
Selain itu, minat nasabah perseroan terhadap produk akad wadiah diklaim semakin tinggi. Hal ini membuat beban bagi hasil menurun.
Perlambatan yang lebih dalam dialami BCA Syariah. Bank syariah ini belum mampu menembus level pertumbuhan dua digit
Direktur Utama PT Bank BCA Syariah John Kosasih beralasan kondisi ekonomi masih cukup menantang bagi perbankan yang cukup bergantung pada segmen ritel. Perseroan akan lebih fokus pada penjagaan kualitas aset ketimbang ekspansi pembiayaan tahun ini.
Dia menyampaikan BCA Syariah membukukan peningkatan pembiayaan 6% yoy dan dana pihak ketiga 7% yoy per September 2019.
MASIH TURUN
Sementara itu, bank syariah yang masih mencatat penurunan laba yakni PT Bank BRI Syariah Tbk. Penurunan laba perseroan paling tajam dibandingkan perbankan syariah lainnya per September 2019, yakni anjlok 62,6% yoy menjadi Rp56,46 miliar. Hal ini utamanya disebabkan oleh beban operasional lainnya yang naik 15,0% yoy menjadi Rp1,7 triliun.
Berdasarkan laporan publikasi bank, beban operasional tersebut naik akibat kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment). Pembiayaan dari piutang naik 191,2% yoy menjadi Rp162,07 miliar, sedangkan pembiayaan bagi hasil tumbuh 101,2% yoy menjadi Rp173,95 miliar.
Hingga September 2019 BRI Syariah masih membukukan NPF di atas industri. NPF kotor bank berada pada posisi 4,45%, sedangkan NPF bersih 3,97%. Kendati tinggi, realisasi triwulan ketiga 2019 tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kinerja bisnis utama BRI Syariah sejatinya cukup baik. Pendapatan penyaluran dana naik 8,2% yoy menjadi Rp2,5 triliun, sedangkan bagi hasil untuk pemilik dana investasi turun 0,2% yoy menjadi Rp913,8 miliar.
Capaian itu pun mendorong pendapatan setelah distribusi bagi hasil naik 13,8% yoy menjadi Rp1,6 triliun. Hal ini seiring dengan perbaikan pada rasio net imbalan (NI) dari 5,28% pada September tahun lalu menjadi 5,58% pada bulan yang sama tahun ini.
Direktur Bidang Pendidikan dan Riset Keuangan Syariah Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) Sutan Emir Hidayat mengatakan bahwa banyaknya gejolak dalam negeri sepanjang kuartal III/2019 cukup menghambat perekonomian. Kondisi ini memperparah ekonomi yang sudah melemah akibat gejolak eksternal.
Di samping itu, menurutnya runtuhnya beberapa anak usaha dari Duniatex Group pada kuartal ketiga tahun ini cukup berdampak pada kualitas pembiayaan dan peningkatan kehati-hatian penyaluran pembiayaan beberapa bank syariah besar.
“Penyebab lainnya, kita juga masih melihat aktivitas usaha Bank Muamalat yang belum membaik. Ini bank besar, dan tentunya juga berpengaruh pada industri bank syariah secara general,” katanya.
Meski demikian, Emir menyampaikan beberapa BUS dari anak usaha BUMN masih akan dapat menjaga kinerjanya hingga akhir tahun, sehingga akan dapat membantu pertumbuhan raihan laba perbankan syariah tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel