Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Riset Centre of Economic Reform (CORE) Piter Abdullah menyebutkan infrastruktur memiliki efek berantai yang lebih sedikit terhadap perekonomian dibandingkan dengan industri pengolahan. Akibatnya tingkat perputaran dana kepada sistem perbankan menjadi lambat.
“Kalau dibilang [infrastruktur] ada dampak, ya ada. Namun, memang sedikit sekali dibandingkan dengan manufaktur,” ujarnya kepada Bisnis, pekan lalu.
Di samping itu, Piter menjelaskan struktur dana perbankan di Tanah Air tidak begitu cocok untuk digenjot ke sektor infrastruktur.
Menurutnya, dana yang seharusnya digunakan untuk membiayai infrastruktur berasal dari dana pensiun atau penerbitan surat utang langsung dari pasar modal, sehingga tidak menyerap pembiayaan dari perbankan yang ditujukan untuk menggerakkan industri riil.
“Memang kalau dilihat itu tidak cocok. Bank itu harusnya fokus pada industri riil yang tenor pembiayaannya tidak terlalu lama. Namun, dana pensiun di Indonesia ini juga sedikit sekali. Jadi, serba susah,” katanya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, sekaligus Komisaris Utama/Komisaris Independen PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Ari Kuncoro menyampaikan kondisi ekonomi Tanah Air saat ini cukup kompleks.
Bank-bank pelat merah didorong untuk menciptakan daya saing dengan penguatan sektor infrastruktur guna membuat pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil ke depannya.
“Saya lebih melihatnya ini sebagai upaya untuk membuat infrastruktur sebagai tulang punggung. Kita memang harus memotong lingkaran setan dengan pengadaan infrastruktur yang lebih baik,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel