Margin Bank Semakin Melorot

Bisnis.com,04 Nov 2019, 18:55 WIB
Penulis: Lalu Rahadian
Warga melintasi galeri anjungan tunai mandiri (ATM) di Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (5/8/2019)./ANTARA-Aditya Pradana Putra.

Bisnis.com, JAKARTA — Margin bunga bersih perbankan yang diperoleh dari selisih bunga simpanan dengan bunga kredit setelah dipotong biaya operasional terus melorot sepanjang tahun berjalan. Hal tersebut bisa dinilai positif dan negatif bagi bisnis bank.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang dikutip Bisnis Senin (4/11/2019), rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) industri perbankan berada di angka 4,90% per September 2019. Rasio ini lebih rendah 24 basis poin (bps) dibandingkan dengan NIM setahun sebelumnya sebesar 5,14%.

Penurunan NIM pada September 2019 melanjutkan tren yang telah terjadi sejak awal 2019.

Pada kuartal I/2019, NIM industri perbankan turun 21 bps secara year-on-year (yoy) menjadi 4,86%. Kemudian, penurunan dengan nilai yang sama juga terjadi pada kuartal II/2019. Kala itu, NIM industri perbankan berada di angka 4,90%.

Penurunan margin bunga bersih perbankan terjadi bersamaan dengan melonjaknya nilai pendapatan nonbunga secara industri. Hingga Agustus 2019, nilai pendapatan operasional nonbunga industri perbankan tumbuh 41,96% yoy menjadi Rp257,39 triliun.

Sejak awal tahun, pertumbuhan pendapatan nonbunga industri selalu berada di atas 35%. Hal ini kontras dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) industri yang selalu berada di bawah 4% sejak kuartal I/2019.

Salah satu bank yang mengalami penurunan rasio NIM adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Berdasarkan laporan kinerja konsolidasian, hingga akhir September 2019 margin bunga bersih perseroan turun sebesar 60 bps menjadi 6,81%.

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan penurunan rasio NIM merupakan hal wajar di industri negara berkembang seperti Indonesia. Menurutnya, penurunan margin bunga bersih menandakan adanya perluasan penetrasi perbankan dalam menjalankan bisnisnya.

Haru yakin hingga akhir 2019 dan seterusnya rasio NIM perseroan dapat dijaga di atas 6,81%. Akan tetapi, dia memastikan rasio NIM tak akan lagi naik signifikan seperti yang pernah terjadi dalam kurun 5 tahun lalu.

Perseroan juga menyebut sudah melakukan upaya normalisasi agar NIM kembali meningkat. Haru memberi catatan, pada semester I/2019 NIM BRI masih ada di angka 6,79%. Rasio margin bunga bersih perseroan berhasil dinaikkan sedikit menjadi 6,81% di kuartal III/2019.

“Tapi jangka panjang kami enggak bisa lagi balikkan NIM ke [seperti kondisi] 2014 yang sampai 9%. Ini pertanda bagus bahwa industri perbankan Indonesia penetrasinya meluas, jadi NIM tak lagi patokan sebuah kinerja,” ujar Haru saat paparan kinerja Kuartal III/2019 BRI dua pekan lalu.

Sebagai catatan, hingga akhir September 2019 BRI meraih laba bersih Rp24,80 triliun atau tumbuh 5,4% yoy. Pertumbuhan laba BBRI ditopang tumbuhnya NII yang mencapai 4,6% yoy menjadi Rp60,58 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini