Bisnis.com, JAKARTA - Sektor manufaktur yang menjadi andalan fungsi intermediasi perbankan kembali tertekan seiring dengan kenaikan risiko indutri tersebut. Per September 2019 kredit yang disalurkan kepada industri pengolahan tumbuh 5,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp889,9 triliun.
Padahal, pada 3 bulan pertama tahun ini industri pengolahan mencatat pertumbuhan tertinggi dalam 2 tahun terakhir, atau 9,5% yoy. Pertumbuhan mulai kembali melambat pada kuartal II/2019, di mana portofolio kredit sektor ini naik 6,7% yoy.
Mengutip data Bank Indonesia, kredit yang digunakan untuk investasi pada sektor industri pengolahan menguat. Per September 2019 kredit bertenor jangka panjang ini akhirnya tidak lagi terkoreksi negatif, atau tumbuh 1,3% yoy.
Akan tetapi kredit yang digunakan untuk modal kerja melambat signifikan. BI mencatat pertumbuhan 7,2% yoy pada 3 bulan pertama paruh kedua 2019, sedangkan triwulan sebelumnya naik 11,4% yoy.
Realisasi pertumbuhan kredit modal kerja sektor industri pengolahan per September 2019 menjadi yang terendah sepanjang 2 tahun terakhir. Sebelumnya, sejak kuartal I/2018 hingga kuartal II/2019 pertumbuhan kredit modal kerja sektor tumbuh pada kisaran 8% hingga 15% secara tahunan.
Selain mengalami perlambatan pertumbuhan, kredit industri pengolahan juga patut diawasi. Pasalnya per Agustus 2019, rasio kredit bermasalahnya semakin menjauh dari rata-rata industri.
Pada periode tersebut rasio non-performing loan (NPL) industri pengolahan sebesar 3,1%. Sementara itu, rasio NPL dari total portofolio kredit perbankan 2,60%.
Berdasarkan catatan Bisnis, ada dua pelaku usaha manufaktur yang saat ini tengah dilanda krisis keuangan, yaitu PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dan Duniatex.
Krakatau steel, pelaku usaha di sektor besi dan baja ini, mengalami krisis keuangan yang disebabkan oleh kinerja yang selalu negatif sejak 3 tahun belakangan. Hal itu membuat kemampuan perusahaan pelat merah itu menurun sehingga menyebabkan gagal bayar, dan akhirnya melakukan restrukturisasi kredit.
Adapun, Duniatex Group tengah berjibaku dengan ketersediaan likuiditas untuk memenuhi kewajiban pembayaran kredit kepada bank, dan obligasi kepada kepada investor.
Perlambatan pertumbuhan kredit manufaktur seiring dengan data Badan Pusat Statistik (BPS). Pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang pada kuartal III 2019 sebesar 4,35% yoy.
Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada kuartal III/2017 pertumbuhan mencapai 5,46% yoy dan kuartal III/2018 sebesar 5,04%.
Selain itu, terdapat 10 produksi dari industri manufaktur besar dan sedang yang mengalami pertumbuhan negatif. Industri yang mengalami pertumbuhan negatif tertinggi adalah industri barang logam 22,95% yoy, karet 16,63% yoy, mesin dan perlengkapan lainnya 12,75% yoy, pengolahan tembakau 12,73% yoy, dan kendaraan bermotor 12,32% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel