Bisnis.com, JAKARTA — Penyaluran kredit investasi perbankan masih konsisten tumbuh di atas 10% secara tahunan, di saat penyaluran kredit ke segmen konsumsi dan modal kerja justru cenderung makin lambat.
Per September 2019, kredit investasi (KI) tumbuh 12,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan September 2018 yang sebesar 11,8% yoy. Pertumbuhan ini pun lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan nasional yang sebesar 7,8% yoy pada September 2019.
Bank Indonesia menilai Kl mengalami peningkatan terutama didorong oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sektor industri pengolahan.
Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan meningkat 8,4% yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 7,8% yoy karena kenaikan kredit di subsektor pertanian padi. Sementara itu, peningkatan pada sektor industri pengolahan didorong khususnya oleh subsektor industri semen, kapur, dan gips.
Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) Herry Sidharta mengatakan hingga kuartal III/2019 pertumbuhan KI di perseroan juga sangat gemilang, yakni 23% yoy atau di atas pertumbuhan kredit total perseroan yang sebesar 14,7% yoy.
“Secara amount ekspansi kredit investasi BNI memang di atas kredit modal kerja [KMK], tetapi komposisi ekspansinya tidak terlalu jauh berbeda. Artinya, BNI tetap berimbang dalam penyaluran kredit produktif, baik dalam bentuk KMK maupun KI,” katanya, Selasa (5/11/2019).
Herry melanjutkan pertumbuhan ekspansi kredit investasi terbesar yaitu pada sektor listrik, gas, air, pertanian, jasa dan konstruksi. BNI memproyeksikan kredit investasi akan tumbuh di kisaran 13%-15% yoy hingga akhir tahun ini.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Central Asia Tbk. Raymon Yonarto mengatakan BCA mencatat total penyaluran KI sebesar Rp165 triliun, tumbuh 16% yoy pada kuartal III/2019.
Sektor infrastruktur masih berkontribusi besar sekaligus menjadi pendongkrak pertumbuhan KI BCA. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan total kredit BCA pada periode yang sama, yang tumbuh 10,9% yoy menjadi Rp585 triliun.
KEGIATAN INVESTASI
Direktur Riset Centre of Economic Reform (CORE) Piter Abdullah mengatakan tingginya kredit investasi menggambarkan bahwa kegiatan investasi masih berlangsung, meskipun pertumbuhan investasi langsung luar negeri (foreign direct investment/FDI) melambat bahkan sempat negatif pada tahun 2018.
Menurutnya, investasi masih lebih banyak didorong oleh investasi dalam negeri. Piter mencontohkan Bio Farma yang baru-baru ini mendapatkan fasilitas kredit investasi sindikasi dari tujuh perbankan nasional sebesar Rp2,25 triliun.
“Kredit investasi sebesar Rp2,25 triliun tersebut merupakan langkah strategis Bio Farma pasca ditunjuk sebagai induk holding BUMN farmasi untuk melakukan ekspansi termasuk untuk mendorong ekspor,” katanya.
Selain itu, Piter menilai maraknya pembangunan infrastruktur ikut mendorong terjadinya investasi, sehingga ketersediaan infrastruktur menjadi daya tarik bagi pelaku usaha untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
Piter memproyeksikan kredit investasi masih akan tumbuh tinggi hingga 2020 seiring dengan arah kebijakan moneter yang diperkirakan akan terus dovish dan likuiditas akan lebih longgar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel