Fintech Bakal Menggerus Pendapatan Bank Hingga US$5 Miliar

Bisnis.com,07 Nov 2019, 15:55 WIB
Penulis: M. Richard
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Meski berpotensi kehilangan hampir US$5 miliar pada tahun 2025, bank-bank di Asia Tenggara masih memiliki kesempatan untuk menciptakan pendapatan komisi (fee based income) baru senilai US$11 miliar dengan mengadopsi model bisnis digital yang inovatif.

Berdasarkan laporan Accenture, sebesar 14,3% dari pendapatan transaksi pembayaran bank di Asia Tenggara, atau hampir US$5 miliar akan tergeser oleh pertumbuhan pembayaran digital nonbank atau financial technology (fintech) yang membuat pembayaran menjadi lebih instan.

Namun, hal tersebut bukan berarti mengartikan fee based income bank akan terpangkas. Bank-bank masih bisa melakukan adopsi digital dengan memperbesar kue bisnis transaksi pembayaran hingga US$11 miliar, atau tumbuh 6,1% secara tahunan dari US$26 miliar pada 2019 menjadi US$37 miliar pada 2025.

Divyesh Vithlani, Kepala Praktik Jasa Keuangan Accenture Asean menyampaikan dunia pembayaran instan terus menekan margin perbankan lebih jauh, terutama dengan munculnya tekanan dari persaingan baru perusahaan fintech.

"Namun, pasar pembayaran sedang booming dan ada peluang multi-miliar dolar bagi mereka yang mau berinvestasi dalam teknologi dan model bisnis baru," katanya seperti dikutip dari siaran pers Accenture Asean, Kamis (7/11/2019).

Laporan tersebut mencatat bahwa selama 6 tahun ke depan, bank akan menghadapi tekanan lebih lanjut pada pendapatan dari transaksi kartu dan biaya, yang selanjutnya menciptakan banyak pembayaran gratis dan memangkas 9,6 persen dari pendapatan komisi bank.

Selain itu, persaingan dari nonbank dalam pembayaran tidak terlihat - di mana pembayaran diselesaikan dalam 'dompet virtual' pada aplikasi atau perangkat seluler - akan memangkas 3,1 persen dari pendapatan bank.

Perpindahan kartu dengan pembayaran instan, di mana dana diselesaikan dan ditransfer secara realtime dan bank tidak menghasilkan bunga, diproyeksikan memangkas 1,7% dari pendapatan pembayaran.

Hal ini didasarkan pada penurunan pendapatan saat ini dari transaksi kartu dan biaya, dengan regulasi yang memicu kompresi biaya dan teknologi menggeser peran bank dalam pembayaran.

SURVEI PERBANKAN

Adapun, hasil dari laporan yang berjudul Survei Pulsa Perbankan: Dua Cara Untuk Menang ini, mengukur tren dalam cara konsumen membayar dan memproyeksikan perubahan dalam perilaku, teknologi, dan regulasi pedagang. 

Penelitian ini dilengkapi dengan survei terhadap 240 eksekutif pembayaran di bank di 22 negara untuk menentukan bagaimana mereka berencana untuk memitigasi dan memanfaatkan gangguan pembayaran untuk menumbuhkan loyalitas pelanggan, pendapatan, dan profitabilitas.

Selama 2015--2018, pendapatan dari transaksi kartu kredit pelanggan bisnis telah terlihat turun 33% secara global, pendapatan dari transaksi kartu debit konsumen turun hampir 15%, serta pendapatan dari kartu kredit turun hampir 12%.

Penelitian ini menemukan bahwa industri menyadari tantangan yang ditimbulkan oleh teknologi baru dalam pembayaran. 

Lebih dari dua pertiga (71%) eksekutif perbankan yang disurvei di semua pasar setuju bahwa pembayaran menjadi gratis; hampir tiga perempat (73%) percaya bahwa sebagian besar pembayaran sudah tidak terlihat atau akan menjadi seperti itu selama 12 bulan ke depan; dan bahkan lebih banyak (78%) mengatakan bahwa pembayaran sudah instan atau akan menjadi instan selama 12 bulan ke depan. 

Oleh karena itu, Vithlani menyampaikan pemain industri dan bank harus secara fundamental mengubah cara mereka berpikir tentang pendapatan mereka di bisnis transaksi pembayaran.

“Bank-bank sebelumnya memperoleh miliaran dolar dari beberapa saluran ini dan itu akan mengering setiap saat kompetisi semakin memanas, sehingga mereka perlu mengembangkan model bisnis digital baru untuk bersaing di era baru ini.” 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini