Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa perbankan harus memiliki indikator performa kunci (key performance indikator/KPI) untuk mendorong efisiensi agar mampu bersaing ke depan.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengutarakan pelaku industri perbankan harus memiliki KPI yang berisi program efisiensi serta peningkatan pendapatan nonbunga. Menurutnya, efisiensi dan peningkatan pendapatan berbasis komisi (fee based income/FBI) menjadi kunci agar bank tetap kompetitif.
Efisiensi bisa dilakukan bank dengan mengurangi keberadaan kantor cabang untuk menjangkau nasabah atau masyarakat di daerah. Keberadaan kantor cabang bisa diganti teknologi atau keberadaan agen-agen perbankan.
"Itu lah yang kami sebut program kami branchless banking dan kalau kami lihat perbankan bisa meningkatkan FBI-nya dan mengurangi biaya-biaya operasi yang tak perlu," kata Wimboh di Kantor OJK, Jakarta, Jumat (8/11/2019).
Menurut Wimboh, pembukaan kantor cabang oleh bank akan menyebabkan besarnya beban operasional. Jika keberadaan kantor cabang diganti agen atau teknologi, maka ruang penghematan terbuka.
Berkurangnya beban operasional bisa berdampak pada kemungkinan bank menurunkan suku bunga kredit. Ruang pengurangan suku bunga kredit bisa lebih terbuka jika bank mengoptimalkan pendapatan nonbunga sebagai sumber pendapatan lain.
"Ini lah jalan ke depan yang kami minta ke dunia perbankan. Kalau tidak, bisa kurang kompetitif baik antar bank di dalam negeri maupun regional," katanya.
Wimboh menyebut, pelaku industri perbankan tak perlu jauh-jauh menjadikan kondisi pelaku jasa keuangan di Amerika Serikat atau Singapura sebagai acuan. Menurutnya, minimal pelaku industri perbankan menjadikan kondisi industri di Malaysia atau Thailand sebagai benchmark.
"Bisa enggak seperti yang ada di Thailand, Malaysia dan efisiensi bank-bank di sana? Syukur-syukur bisa kompetisi dengan bank di Singapura," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel