GM Hengkang dari Indonesia, Otomotif Nasional Masih Potensial

Bisnis.com,11 Nov 2019, 10:06 WIB
Penulis: Ilman A. Sudarwan
General Motors/Bsuinessinsurance.com

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri otomotif optimistis potensi pasar kendaraan roda empat di Indonesia masih cukup menjanjikan untuk menarik investasi baru.

Pada akhir bulan lalu, General Motors (GM) mengumumkan akan menghentikan penjualan kendaraan di Indonesia mulai Maret 2020. Layanan purnajual untuk kendaraan bermerek Chevrolet tetap dilanjutkan guna memastikan kenyamanan konsumen. 

PT Garuda Mataram Motor (GMM), agen pemegang merek (APM) Volkswagen (VW) di Indonesia menyatakan bahwa pihaknya tak ambil pusing soal keputusan pabrikan asal Amerika Serikat itu.

“Saya tidak pusing soal itu, karena begini yang kemarin keluar itu kan foreigner, sementara kita kan bersama lokal, di bawah naungan Indomobil, jadi kami sih tidak akan mundur, kalau mundur, nanti bangun lagi malah akan jadi lama,” kata COO GMM Jonas Chendana kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Dia mengatakan bahwa potensi pasar di Indonesia masih cukup menjanjikan bagi merek asal Jerman tersebut. Saat peluncuran model Tiguan Allspace belum lama ini pihak principal VW juga telah menyatakan keseriusan mereka untuk menggarap pasar dalam negeri.

Hal itu ditunjukkan dengan mulai mengimpor mobil secara terurai sebagian dan dirakit di Indonesia. Indomobil sebagai mitra VW telah membangun pabrik dengan kapasitas produksi sekitar 6.000 unit per tahun di Cikampek, Jawa Barat melalui anak usahanya PT National Assemblers.

PT Toyota Astra Motor (TAM), APM Toyota di Indonesia juga menyatakan bahwa keputusan GM tersebut tidak akan memengaruhi industri otomotif Indonesia. Keputusan itu dinilai tidak dapat menggambarkan bahwa pasar dalam negeri sudah tidak cukup menjanjikan.

Executive General Manager TAM Fransiscus Soerjopranoto mengatakan kepergian GM juga dinilai tidak begitu signifikan. Menurutnya, merek-merek lain yang menjadi pemain besar di Industri otomotif dalam negeri masih tetap yakin dengan pasar dalam negeri.

“Yang paling penting kan adalah pemain besarnya itu masih stay semua, jadi yang menguasai pasar 60%—70% itu masih investasi di Indonesia, itu pertanda baik, karena faktornya belum tentu ketidakmenarikan daripasarnya, kalau buat kami kan masih sangat besar potensinya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Galih Kurniawan
Terkini