NPL Melonjak 7,6 Persen, BNI Mengerem Kredit Tambang

Bisnis.com,14 Nov 2019, 14:35 WIB
Penulis: Maria Elena
Articulated dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT. Vale Indonesia di Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Kamis (28/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan kredit sektor pertambangan kian menunjukkan tren perlambatan memasuki kuartal ketiga tahun 2019. Ketidakstabilan sektor ini menyebabkan bank mulai selektif menyalurkan kredit.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mencatat kredit sektor pertambangan hanya tumbuh 5,05% (year-on-year/yoy) pada Agustus 2019. Padahal sepanjang tahun berjalan 2019, kredit sektor ini cukup agresif, yang mencapai pertumbuhan 25%.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mencatat penyaluran krdit ke sektor pertambangan mencapai Rp12,9 triliun per September 2019 atau 2,4% dari total penyaluran kredit BNI.

Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengatakan nilai penyaluran tersebut menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Penurunan sektor ini juga sejalan dengan penyaluran industri perbankan yang juga menurun dibandingkan dengan akhir tahun 2018. Namun dibandingkan Juni 2019 ekspansi kami tumbuh 8,4%," katanya kepada Bisnis, Rabu (13/11/2019).

Herry menyampaikan, perseroan juga tidak agresif menyalurkan kredit pada sektor pertambangan, karena perseroan tengan fokus pada perbaikan kualitas kredit di sektor ini.

Pasalnya, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sektor pertambangan melonjak menjadi ke level 7,8% per Desember 2019.

Namun, per September 2019, BNI berhasil menurunkan rasio NPL menjadi 1,1%, jauh membaik dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2018.

Oleh karena itu, Herry mengatakan ke depan perseroan akan bersikap selektif menyalurkan kredit di sektor ini mengingat risiko yang tinggi.

"Hingga akhir tahun kami tetap menyalurkan kredit sektor ini dengan selektif utamanya pada pemain utama dengan risiko rendah seperti perusahaan pengelola minyak bumi BUMN," jelas Herry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini