Musik Klasik Buat Hubungan Diplomatik Indonesia dan Austria Makin Ciamik

Bisnis.com,16 Nov 2019, 09:10 WIB
Penulis: Akbar Evandio
Penyanyi solo soprano wanita bernama Josipa Bainac yang dipadukan dengan penyanyi tenor dari Surabaya bernama Widhawan Aryo Pradhita dalam konser musik klasik bertajuk Viennese Soire di Bali Room di Kempinski Hotel Jakarta. Acara ini adalah perayaan hubungan diplomatik Indonesia dan Austria ke-65 tahun yang digelar Kedutaan Besar Austria bekerjasama dengan Indonesia Opera Society./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Dalam rangka perayaan hubungan diplomatik Indonesia dan Austria ke-65 tahun, Kedutaan Besar Austria bekerjasama dengan Indonesia Opera Society menggelar konser musik klasik bertajuk Viennese Soirée di Bali Room di Kempinski Hotel Jakarta.

Founder & Executive Producer of Indonesia Opera Society Erza ST mengungkapkan bahwa melalui perbincangannya dengan Duta Besar Austria Helene Steinhausl, mereka sepakat untuk menggelar opera. Hal ini karena Austria merupakan salah satu negara yang membesarkan pentas teatrikal yang menggabungkan kata-kata dan musik tersebut.

“Kami membuat konser musik klasik dalam rangka merayakan 65 tahun hubungan bilateral antara Indonesia dan Austria. Ibu Dubes [duta besar]nya Helene Steinhausl menanyakan ide untuk perayaan tersebut sehingga saya sarankan untuk membuat opera, karena Austria salah satu tempat lahirnya [opera], kemudian banyak tokoh penting dari musik klasik yang lahir dari sana seperti Mozart.  Terus dia bilang itu ide bagus,” ungkapnya saat dihubungi Bisnis.

Melalui pertunjukan musik yang ringan tetapi kental dengan nuansa Austria. Erza pun menentukan program musik waltz sebagai konsep acara yang ia ingin tampilkan. Musik yang populer di Wina sekitar 1780-an tersebut akrab menyapa tamu dengan lagu yang berdendang di telinga, seperti Lagu dari Johan Straub The Blue Danube, Paul Lincke “Schlosser, die im Monde liegen” dan Robert Stolz “Kaiser meiner Seele sein.”

“Biar dapet gregetnya untuk pertunjukan, pihak kedutaan membawa satu penyanyi solo soprano wanita bernama Josipa Bainac yang dipadukan dengan penyanyi tenor dari Surabaya bernama Widhawan Aryo Pradhita,” tambahnya.

Selain itu, dengan bila biasanya iringan lagu klasik bernuansa full orkestra, Erza pun memilih mereduksi musik dengan konsep Chroma String Quartet dan alunan Piano.

“Kalau full orkestra kan bujetnya tinggi sekali, karena proyek ini waktunya 2 bulan sehingga jika mengharuskan full orkestra selain bujet yang besar, kami reduksi musiknya untuk bisa masuk dengan konsep Chroma String Quartet dan alunan Piano. Kami juga sajikan ke khalayak society Jakarta sekitar 220 orang yang hadir dengan konsep musik kamar yang intimate, karena format ini dari segi accompany musik lebih intimate,” lanjutnya.

Sebagai informasi, musik kamar adalah jenis musik yang dikaitkan dengan sebuah ruangan khusus yang tidak terlalu luas, tempat musik ini didendangkan. Namun sejak 1750 musik kamar ini menjadi dipentaskan pada orang banyak. Maka, karya musik instrumental yang dikarang oleh sejumlah pemain solo disebut musik kamar, sedangkan disebut musik orkestra bila tiap suara atau bagian dimainkan oleh sekelompok pemain musik.

Hal menarik pun yang Erza ramu dalam konser tersebut adalah dengan melakukan full program musik waltz. Berangkat dari kegelisahaan sebagai pembuat konser musik klasik dan opera di Indonesia yang berkecimpung selama 13 tahun ia mengatakan masih belum ada konser yang mendendangkan musik waltz secara penuh.

“Sepanjang saya menjalankan profesi saya musik Johann Straub [waltz] itu hanya [dimainkan] satu-dua lagu dalam sebuah konser dan tidak pernah yang full program musik waltz. Jadi, akhirnya kami kemas pertama kali dengan baik sehingga saat itu banyak yang menikmati dan merasa mengenal lagu dan paham kemudian mereka enjoy karena musik waltz itu easy listening,” jelasnya.

Sementara itu, Erza pun kembali membagikan kisah lain dari konser tersebut, kali ini dengan menghadirkan Komposer Austria Akos Banlaky untuk memberikan sentuhan kontemporer pada lagu Soleram.

“Ada yang spesial, kami ada world premiere dan ada lagu yang pertama kali didengarkan karena dibuat komposisi baru oleh Akos Banlaky. Jadi, ketika kedutaan Austria senang dengan inisiasi yang kami buat mereka memberikan syarat untuk mempertunjukan penampilan dari Austria, dengan Josipa sebagai penyanyinya mereka pilih lagu Indonesia yang judulnya Soleram,” kenangnya.

Lagu Soleram yang dikomposisikan ulang oleh Akos, ditampilkan oleh Josipa Bainac dengan konsep Chroma String Quartet dan diiringi oleh Pianis David Hausknecht yang juga merupakan suami dari Josipa.

“Itu salah satu highlight utama, kedua dari segi presentasi dengan ballroom yang besar kita membuat suasana yang eksklusif dan musik kamar. Tidak menggunakan sound system dan hanya full akustik serta konsep musim gugur dan daun kering, memberikan visualisasi yang ciamik.”

Arti Opera bagi Erza ST

“Pekerjaan opera adalah pekerjaan yang sulit karena pertama produksi yang mahal serta melibatkan banyak musisi dan penyanyi, Indonesia memiliki potensi dan talenta penyanyi yang luar biasa tetapi untuk menjalani musik opera tidak mudah, butuh banyak musisi, bujet dan sponsorship serta dukungan pemerintah,” ungkap Erza.

Pria yang merupakan konsultan kreatif ini pun mengungkapkan bahwa ia berencana untuk mengadakan Opera Gala di awal 2020.

“Tahun depan ada kemungkinan saya akan membuat opera Gala di bulan Maret 2020, tapi masih ongoing proses gitu karena untuk mengerjakan opera gala lebih panjang dan butuh waktu paling enggak 3-4 bulan karena saya suka bikin konsep dengan metode edukatif untuk berbagi ilmu, seperti membawa penyanyi atau musisi asing untuk dikombinasikan agar saling bertukar pengalaman,” ungkapnya.

Sementara itu, baginya, musik klasik merupakan genre musik yang universal yang dekat dengan berbagai kehidupan. Bahasa nada tersebut saat ini menurutnya berkembang sangat luas di mana bila dulu penikmatnya hanya orangtua, sekarang anak muda juga melek dengan lagu klasik.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Taufikul Basari
Terkini