Beberapa puluh tahun lalu, momen pemilihan kepala desa (Pilkades) menjadi hal yang paling ditunggu. Di sebuah desa yang terletak di jajaran Pegunungan Kedu, Jawa Tengah setiap kali pilkades berlangsung orang rela begadang demi menunggu ‘pulung’ atau semacam peruntugan.
Konon, ketika sekelibat cahaya muncul dan berakhir di rumah salah satu kandidat kepala desa, calon yang ketiban pulung itulah yang akan terpilih sebagai kepala desa.
Momen pemilihan kepala desa memang cukup spesial. Selain menentukan nasib desa selama delapan tahun ke depan, pilkades merupakan pesta demokrasi secara langsung yang cukup tua, jauh lebih lama dibandingkan dengan pemerintah pusat yang baru melangsungkan pada 2004 silam.