Restrukturisasi Mesin Tekstil Bakal Pacu Impor Barang Modal

Bisnis.com,18 Nov 2019, 09:50 WIB
Penulis: Oktaviano DB Hana
ilustrasi./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Impor barang modal di sektor tekstil dan produk tekstil diyakini meningkat pada awal 2020 dengan didorong oleh implementasi program restrukturisasi mesin yang bakal bergulir kembali.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan program pemerintah yang sebelumnya berhenti pada 2015 itu akan menjadi stimulus bagi pelaku industri melakukan peremajaan mesin dan peningkatan adaptasi teknologi.

Dengan pagu definitif mencapai Rp25 miliar pada 2020, Kementerian Perindustrian bakal menyasar pelaku usaha di sektor antara (intermediate) agar mampu meremajakan alat produksi dan meningkatkan kapasitasnya. Program ini direncanakan berlangsung selama lima tahun, yakni pada 2020 - 2024, dengan kebutuhan pendanaan mencapai Rp400 miliar.

"Program restrukturisasi akan memacu peningkatan barang modal pada tahun depan," ujarnya kepada Bisnis, baru-baru ini.

Ade memprediksi kondisi pada awal tahun depan berbeda dengan apa yang terjadi pada akhir tahun ini. Menurutnya, pada triwulan IV/2019 impor barang modal di sektor TPT cenderung menurun. Para produsen, katanya, mulai mengerem produksi dan ekspansi di tengah penurunan konsumsi domestik.

Apalagi, jelasnya, produk TPT bukan menjadi produk prioritas bagi masyarakat. Namun, hal itu hanya akan terjadi untuk produksi dalam negeri.

Permintaan impor bahan baku dan barang modal untuk tujuan ekspor diyakini masih akan bertumbuh. "Untuk domestik masih akan sama, tetapi untuk kebutuhan ekspor masih tetap tumbuh. Awal tahun depan baru akan tumbuh lagi," katanya.

Ade menilai program restrukturisasi itu akan sangat membantu pelaku industri TPT, khususnya di sektor antara. Apalagi saat ini rerata mesin yang digunakan pelaku industri sudah usang dan tertinggal dari sisi teknologi.

Peremajaan mesin diharapkan bisa memacu produktivitas produsen di sektor antara yang menyerap barang dari sektor hulu dan menyuplai bahan baku untuk sektor hilir.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta sebelumnya mengatakan bahwa program itu memang dibutuhkan oleh pelaku usaha di sektor antara. Pada akhirnya hal itu akan berdampak pada sektor hulu TPT.

Dia meyakini potensi peningkatan permintaan produk bahan baku dari sektor hulu bakal terbuka. "Kalau sektor antaranya sehat, ke hulunya juga akan menarik demand."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Galih Kurniawan
Terkini