Bisnis.com, JAKARTA – Berita mengenai kinerja pembiayaan sektor properti dan produksi batu bara, di antaranya, menjadi sorotan edisi harian Bisnis Indonesia, Senin (18/11/2019).
Berikut beberapa perincian topik utamanya:
Kredit Properti Mulai Selektif. Bank-bank semakin selektif dan mengerem pembiayaan ke sektor properti seiring dengan kinerja industri tersebut yang melambat akibat permintaan yang rendah dan kualitas kredit yang memburuk.
Lagi-Lagi Penetrasi Produk China. Pertumbuhan industri ritel modern sampai tahun depan diproyeksi belum bisa moncer lantaran masih harus menghadapi sejumlah hambatan. Perang dagang dituding sebagai satu satu penyebab utamanya.
Valuasi Tergerus. Valuasi perusahaan minyak Saudi Arabian Oil Co. atau Aramco turun dari US$2 triliun menjadi US$1,6 triliun—US$1,7 triliun sejalan dengan buruknya kinerja keuangan.
Logam Dasar Meleleh. Pekan lalu merupakan salah satu pekan yang buruk bagi harga komoditas logam dasar. Semua komoditas tersebut kompak membukukan kinerja mingguan yang lemah dan terkapar di zona merah.
ATI Ingin Penindakan Odol secara Terpadu. Kalangan operator jalan tol meminta agar penindakan praktik melebihkan muatan dan melampaui dimensi pada kendaraan barang atau overdimension overloading dilakukan secara terpadu.
Meracik Obat untuk Pulihkan Jiwasraya. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) buka suara soal isu permohonan dana talangan atau bailout yang tersiar akhir-akhir ini. Bailout bukan merupakan langkah utama dalam penyehatan keuangan perseroan, meskipun tetap diperlukan.
Menakar Prospek Fundamental BNLI. Di balik rumor soal akuisisi, PT Bank Permata Tbk. (BNLI) berhasil melancarkan strategi pembenahan untuk memperbaiki kinerja, yang berbuah terhadap ranumnya kinerja saham. Namun, dengan harga saham yang sudah tinggi, dapatkan BNLI kembali mendaki?
Menperin Jemput Investasi US$5 Miliar. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dijadwalkan bertemu dengan para petinggi sejumlah korporasi Jepang dan Korea Selatan sebagai upaya mengawal komitmen investasi di sektor manufaktur senilai lebih dari US$5 miliar.
Produsen Bakal Tahan Agresivitas. Tekanan terhadap harga batu bara yang diperkirakan masih bakal berlanjut hingga tahun depan membuat optimisme penambang tak setinggi beberapa tahun terakhir. Rencana produksi yang diajukan pun diprediksi tak seagresif biasanya.
Menakar Risiko Terbang Malam. Tak lama lagi, pemerintah bakal menerbitkan beleid yang membolehkan helikopter terbang pada malam hari untuk tujuan komersial. Kegiatan ini tentu tidak lazim di Indonesia, lantaran terbang malam helikopter sebatas untuk kegiatan darurat. Motivasi para pebisnis dan pemerintah pun dipertanyakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel