Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut percepatan penyaluran kredit modal kerja (KMK) harus dilakukan untuk mendorong pertumbuhan pembiayaan industri perbankan pada tahun depan.
Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, pertumbuhan kredit modal kerja harus didorong karena hingga akhir September 2019 pertumbuhan pembiayaan segmen ini masih rendah. Tingkat pertumbuhan KMK per kuartal III/2019 hanya mencapai 5,9% secara tahunan (year-on-year/yoy).
“[Pertumbuhan] kredit modal kerja masih rendah 5,9%, dan konsumsi 6,8%, sehingga ke depan yang harus didorong bagaimana membuat permintaan domestik dan mempercepat kredit modal kerja untuk investasi yang sudah dilakukan,” ujar Wimboh saat rapat dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (18/11/2019).
Menurut data OJK, hingga September pertumbuhan kredit perbankan mencapai 7,9% secara yoy. Pertumbuhan ini mengalami perlambatan dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya.
Pada 2018, pertumbuhan kredit industri perbankan hampir mencapai 12%. Wimboh mengatakan, perlambatan ini terjadi sebagai dampak terbatasnya permintaan pembiayaan ke perbankan.
“Jadi ini sudah kelihatan bahwa memang permintaan kredit sangat terbatas, bukan bank tidak punya likuditas atau modal yang cukup, tapi demand-nya sedikit,” ujarnya.
Jika dilihat per segmen, pertumbuhan kredit investasi yang disalurkan perbankan tumbuh 12,8% per September 2019. Pertumbuhan kredit investasi menjadi yang terbesar dibanding KMK dan kredit konsumsi.
Tingginya pertumbuhan kredit investasi dianggap membawa harapan karena diprediksi ada dampak lanjutan yang muncul nantinya. OJK memperkirakan, ada banyak kebutuhan modal kerja yang muncul pasca kredit investasi diambil debitur.
Menurutnya, jika dilihat secara sektoral maka pertumbuhan kredit sejauh ini ditopang pembiayaan terkait dengan pembangunan infrastruktur pemerintah dan pertanian. Pertumbuhan kredit sektor konstruksi tercatat mencapai 26,3% yoy, dan pertanian 19,6% yoy.
“Kalau dilihat per kelompok bank adalah bank BUKU IV yang pertumbuhannya besar yakni sekitar 9% dan BUKU II juga 9,7%, sedangkan BUKU I dan III cukup rendah yakni 4,9% dan 4,8%. Ini untuk BUKU IV lebih banyak didorong bank BUMN,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel