Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menilai dampak penurunan suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) akan dirasakan bukan dalam jangka pendek.
Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Herry Sidharta menilai penurunan pada suku bunga penjaminan LPS sebesar 25 bps searah dengan penurunan BI 7DRR pada akhir Okttober 2019 lalu. Penurunan tersebut diharapkan dapat menurunkan biaya dana bagi perbankan kedepannya.
"Namun, dengan kondisi likuiditas yang masih ketat tercermin dari LDR [loan to deposit ratio] industri yang masih di kisaran 94% serta tren meningkatnya persaingan dalam menghimpun DPK sampai dengan akhir tahun, kami rasa dampaknya dalam jangka pendek relatif belum signifikan," katanya kepada Bisnis, Selasa (19/11/2019)
Dengan telah diturunkannya suku bunga LPS hari ini, tentunya bank dengan sandi saham BBNI ini pun memastikan akan melakukan adjustment pada suku bunga simpanan sesuai dengan penurunan pada suku bunga simpanan di pasar dan perkembangan likuiditas yang ada.
Sebelumnya, dalam strategi jangka panjang perseroan hendak menjaga rasio dana murah (current account savings account/CASA) melalui pengembangan proyek digitalisasi.
Per September 2019 BNI mencatat rasio CASA sebesar 64,3%. Hal ini utamanya karena pertumbuhan giro sebesar 13% yoy dan tabungan 7,5% yoy.
Direktur Keuangan BNI Ario Bimo mengatakan bahwa ke depan bank akan terus mengurangi deposito. Pasalnya komponen DPK tersebut memberikan beban terhadap laba perusahaan.
“Selain mendatangkan dana murah, [digitalisasi] sekaligus meningkatkan fee based income kami,” katanya.
Adapun Upaya bank pelat merah ini dalam menghimpun dana murah juga tercermin dari penambahan jumlah rekening individu menjadi sebanyak 46,5 juta per September 2019. Selain itu, BNI juga ekspansi branchless banking dari 111.836 pada akhir tahun 2018 menjadi 130.803 Agen46 pada triwulan ketiga tahun ini.
Sementara itu, secara total dana pihak ketiga (DPK) BNI tumbuh 5,9% yoy menjadi Rp581 triliun pada kuartal III/2019. Realisasi pertumbuhan tahunan pada periode tersebut lebih rendah dibandingkan dengan capaian tahun lalu.
BNI membukukan pertumbuhan DPK sebesar 14,2% yoy per September 2018, menjadi Rp548,6 triliun. Kinerja penghimpunan dana bank jauh di atas rata-rata industri kala itu yang membukukan 6,9% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel