Pasar Pesimistis Kesepakatan Dagang, Rupiah Lanjut Melemah

Bisnis.com,19 Nov 2019, 18:55 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Nasabah menghitung uang di sebuah Money Changer, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Himawan L. Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah melanjutkan pelemahan pada perdagangan Selasa (19/11/2019) terimbas pesimisme pasar terhadap kesepakatan perdagangan tahap pertama yang sampai saat ini belum terealisasikan.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (19/11/2019) di level Rp14.091 per dolar AS, melemah tipis 0,085 persen atau 12 poin. Namun, sepanjang tahun berjalan masih bergerak menguat 2,12 persen.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa kabar China yang merasa pesimistis untuk menyetujui kesepakatan tahap pertama dengan AS, menunjukkan masih terdapat risiko besar bagi pertumbuhan ekonomi global dan perkembangan perdagangan kedua negara tersebut tetap sulit dipahami.

Adapun, China berubah menjadi lebih pesimistis, terganggu oleh komentar Presiden AS Donald Trump bahwa tidak ada kesepakatan tentang penghapusan tarif secara bertahap.

“Tarif telah memperlambat perdagangan global dan meningkatkan risiko resesi untuk beberapa negara. Banyak ekonom mengatakan hambatan pada pertumbuhan global akan tetap selama tarif tetap di tempatnya,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (19/11/2019).

Ibrahim juga mengatakan pasar terus mengamati perkembangan pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell, di tengah kritik berulang Donald Trump untuk The Fed yang dinilai belum cukup menurunkan suku bunga.

Dari dalam negeri, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang memangkas bunga penjaminan sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen untuk simpanan rupiah di bank umum juga telah menjadi sentimen penggerak mata uang Garuda.

Ibrahim memprediksi, rupiah masih melanjutkan pelemahannya pada perdagangan Rabu (20/11/2019) di kisaran level Rp14.062 per dolar AS hingga Rp14.115 per dolar AS.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Taufikul Basari
Terkini