BSN Bakal Percepat Perumusan Standardisasi

Bisnis.com,20 Nov 2019, 13:41 WIB
Penulis: Oktaviano DB Hana
Logo BSN. / bsn.go.id

Bisnis.com, JAKARTA - Standarisasi produk yang lebih cepat masih menjadi tantangan Badan Standardisasi Nasional (BSN) dalam mendukung pengembangan sektor manufaktur nasional.

Kepala BSN Bambang Prasetya menjelaskan sektor manufaktur menjadi kunci pengembangan ekonomi nasional. Sesuai arahan Presiden, katanya, pertumbuhan industri nasional mesti didorong lebih cepat guna mengejar target surplus neraca perdagangan.

Dia mengatakan bahwa BSN ke depan akan merumuskan proses yang lebih cepat agar produk-produk dalam negeri bisa memiliki standar nasional Indonesia (SNI) dengan lebih cepat.

"Terobosan-terobosan diperlukan untuk menjawab tantangan itu. Maka, PR kami adalah bagaimana merumuskan proses standarisasi secara cepat," ujarnya di sela-sela Herudi Technical Committee Award (HTCA) kepada Komite Teknis Perumusan SNI terbaik di Jakarta, Rabu (20/11/2019).

Bambang menilai langkah itu sejalan dengan upaya penyederhanaan regulasi melalui undang-undang besar atau omnibus law. Langkah itu dinilai bakal meningkatkan efisiensi proses sertifikasi.

Dengan kata lain, katanya, peningkatan daya saing produk nasional bisa diakselerasikan. Namun, dia mengakui upaya itu membutuhkan dukungan dari kementerian/lembaga lain.

"Untuk standarisasi produk ini komponennya sangat luas dan spesifik. Ini kementerian yang sangat tahu," ujarnya.

Wahyu Purbowasito Setyo Waskito, Direktur Pengembangan Standar Agro, Kimia dan Halal BSN, menjelaskan SNI terus didorong untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Hal ini diperlukan di tengah masifnya arus produk impor dan juga untuk memanfaatkan peluang pasar ekspor.

"Tujuan sesuai arahan presiden kan mengurangi impor dan meningkatkan ekspor," ujarnya.

Wahyu mengatakan setiap tahun BSN menargetkan ada 500 SNI yang dirumuskan. Hingga saat ini, jelasnya, jumlahnya telah mencapai 400-an SNI.

Adapun, sejak dikembangkan pada 1989, jumlah total yang telah  dirumuskan hingga Oktober 2019 sebanyak 12.772 SNI dengan jumlah yang aktif mencapai 10.542 SNI. "Untuk tahun ini masih terus berproses perumusan SNI lainnya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Galih Kurniawan
Terkini