Tugas Berat Pahala Mansury di BTN

Bisnis.com,23 Nov 2019, 15:52 WIB
Penulis: M. Richard
Pahala Nugraha Mansury, saat masih menjabat sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., menjawab pertanyaan wartawan seusai melakukan pertemuan dengan pihak KPK di gedung KPK, Jakarta, Senin (11/9/2019)./ANTARA-Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA - Pahala Mansury telah dipastikan menjadi Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menggantikan Oni Febriarto yang sekarang menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt).

Meski Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) belum dilaksanakan, tapi hal itu sudah disampaikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir usai dirinya menghadiri rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta, Jumat (22/11/2019).

Tugas Pahala tidak mudah. Pasalnya, Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III ini memiliki segudang pekerjaan rumah yang tak mudah diselesaikan dalam waktu dekat.

Bank pelat merah itu mengalami penurunan laba yang makin parah pada kuartal III/2019. Perseroan mengklaim hal tersebut diakibatkan oleh pemupukan rasio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) untuk mempersiapkan diri menghadapi aturan pernyataan standar akuntansi keuangan 71.

Berdasarkan siaran pers BTN (14/11), perseroan mencatatkan perolehan laba senilai Rp801 miliar pada kuartal ketiga tahun ini. Pencapaian ini turun 42,6 persen dari periode yang sama tahun lalu, yang tercatat senilai Rp1,39 triliun.

Komponen penekan utama adalah CKPN yang naik 21,34 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp1,79 triliun menjadi Rp2,18 triliun pada September 2019. Secara rasio, CKPN perseroan naik ke level 52,67 persen pada September 2019 dari 38,58 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Pengamat Badan Usaha Milik Negara Toto Pranoto menyebutkan kondisi bisnis BTN sepanjang akhir 2019 terus menunjukkan perlambatan, baik dari sisi fungsi intermediasi maupun perolehan laba.
 
Dia menyampaikan BTN juga masih sangat bergantung pada bisnis utama yakni Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan kurang optimal dalam menggarap properti non subsidi.
 
"Jadi, kalau Non Performing Loan (NPL) meningkat dan nilai pencadangan naik, itu konsekuensi logis saja," ucap Toto, Sabtu (23/11).
 
Namun, dia meyakini Pahala akan tetap mampu mengembang tugas menjadi BTN 1. Pasalnya, Pahala adalah bankir yang sudah punya jam terbang cukup panjang, ditambah pengalaman korporasi non bank yang cukup bervariasi.
 
Pengalaman ini diyakini mampu membantunya melakukan pemetaan secara cepat, seperti menentukan strategi perbaikan dan aksi korporasi yang perlu diprioritaskan.
 
"Yang penting diperhatikan BTN adalah bagaimana mengembangkan segmen produk komersial lainnya di luar penugasan yang diminta, termasuk meningkatkan Fee Based Income (FBI). Ini berarti perlu transformasi digital yang lebih cepat sehingga layanan kepada nasabah bisa lebih baik," tambah Toto.

Sementara itu, Staf Ahli Pusat Studi BUMN serta pengamat perbankan Paul Sutaryono menilai Pahala harus mampu membenahi BTN terutama dari sisi penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) termasuk manajemen risiko.
 
"Tentu saja, pembenahan itu memerlukan waktu. Tapi ini harus dilakukan," katanya.
 
Sebagai informasi, sebelumnya Pahala menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero). Dia menduduki jabatan tersebut sejak diangkat pada September 2018.
 
Pahala pun pernah bekerja sebagai konsultan manajemen di Andersen Consulting hingga 1997. Pada 1998, dia bekerja paruh waktu di salah satu sekuritas di New York.
 
Pahala sempat berkarier sebagai konsultan senior di Booz Allen Hamilton, lalu menjadi project leader di The Boston Consulting Group.
 
Di dunia perbankan, dia mulai bekerja untuk Bank Mandiri pada 2003. Pada 2010, dia menduduki posisi Direktur Keuangan di Bank Mandiri.

Setelah itu, Pahala menjadi Direktur Utama di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. pada 2017.
 
Pahala, yang sekarang berusia 48 tahun, memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Dia melanjutkan pendidikan hingga mendapatkan gelar MBA dari Finance dari Stern School of Business, New York University, AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini