Pertumbuhan Ekonomi 2020 Masih Berpotensi Capai 5 Persen

Bisnis.com,26 Nov 2019, 18:38 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Pemandangan deretan gedung bertingkat di ibu kota terlihat dari kawasan Tanah Abang, Jakarta, Selasa (5/11/2019). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2019 tumbuh sebesar 5,02 persen secara tahunan, capaian tersebut lebih rendah dari kuartal II 2019 yang mencapai 5,05 persen./ANTARA FOTO-Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Indonesia masih berpotensi tumbuh pada kisaran 5% pada 2020. Kendati demikian, sektor-sektor yang memiliki nilai tambah yang tinggi wajib didorong agar dapat mendukung pertumbuhan secara jangka panjang.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Ekonom DBS Indonesia Masyita Crystalin saat ditemui di Jakarta pada Selasa (26/11/2019).

Menurut Masyita, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 terbilang cukup baik. Hal ini karena negara mampu menjaga tingkat pertumbuhan tetap stabil pada 5% pada saat negara-negara lain mengalami penurunan akibat volatilitas perekonomian global.

Ia menilai struktur perekonomian Indonesia saat ini masih cukup resisten terhadap kondisi global. Hal ini membuatnya optimistis Indonesia tetap dapat menjaga angka pertumbuhan ekonomi sebesar 5% pada 2020.

"Perkiraan kami sekitar 5% hingga 5,1%. Pertumbuhan ekonomi masih terjaga karena struktur ekonomi Indonesia yang mayoritas terdiri atas konsumsi domestik," tuturnya. 

Meski demikian, untuk menjaga serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masa depan, pemerintah perlu melakukan sejumlah perubahan pada mesin perekonomiannya. 

Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan industri dengan nilai tambah yang tinggi. Perbaikan pada sektor-sektor seperti manufaktur dan infrastruktur ke depannya akan berkontribusi besar dalam perekonomian Indonesia. 

Kenaikan pada sektor-sektor tersebut juga akan berdampak pada serapan tenaga kerja. Ia menjelaskan, sejumlah sektor yang berpotensi jadi tulang punggung ekonomi dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja sehingga akan mengurangi tingkat pengangguran. 

"Apalagi, Indonesia saat ini mengeluarkan tiga juta tenaga kerja baru per tahunnya," ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga harus mampu menjaga defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Ia mencontohkan, pemerintah perlu memperhatikan hambatan impor yang akan diberlakukan dan potensi hambatan yang akan muncul terhadap produksi barang ekspor.

"Misalnya Indonesia ingin menghambat impor garam industri. Pemerintah perlu memperhatikan industri lokal yang menggunakan modal tersebut, jangan sampai tidak menjadi kompetitif. Karena pada dasarnya semua sektor itu berkaitan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini