Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. atau BRI Agro mencatat peningkatan kredit bermasalah yang signifikan menutup kuartal ketiga tahun 2019.
Plt. Direktur Utama BRI Agro Ebeneser Girsang mengatakan perbaikan kualitas aset menjadi fokus perseroan saat ini. Perseroan berharap rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) dapat ditekan hingga di bawah level 5% secara gross dan 2% secara nett.
Perseroan mencatat, NPL secara gross berada pada level 7,51% per September 2019. Padahal pada September tahun lalu, NPL gross BRI Agro tergolong rendah, yaitu sebesar 2,96%.
Di samping itu, NPL BRI Agro secara nett tercatat meningkat dari 1,84% per September 2018 menjadi 4,86% per September 2019.
"Ada dua tiga nasabah yang kreditnya bermasalah, di sektor sawit dan properti. Nasabah ini memegang lebih dari separuh NPL BRI Agro. Kami proyeksikan akan beres di 2021, dengan NPL gross di bawah 5% dan nett 2%," kata Ebeneser, Rabu (27/11/2019).
Dia menjelaskan, perseroan berupaya menekan kredit bermasalah, salah satunya dengan melakukan restrukturisasi dan meningkatkan frekuensi lelang dengan cara pembuatan website lelang dan melakukan kerja sama dengan balai lelang swasta.
"Kalau sektor sawit, penyebabnya ada curah hujan tinggi, kebun mereka terganggu sehingga proses budidaya mengalami gangguan, kami akan coba restrukturisasi. Satu lagi properti, revenue dari nasabah ini sedikit menurun, proses penyelesaian nanti apakah akan dilelang, sedang kami tangani dengan serius," jelasnya.
Adapun, hingga September 2019, total kredit yang disalurkan perseroan tercatat sebesar tumbuh 34,61% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp13,66 triliun pada posisi 30 September 2018 menjadi Rp18,39 triliun.
Segmen terbesar penyumbang kredit adalah segmen bisnis menengah, yang tercatat sebesar Rp12,96 triliun per September 2019. Sementara itu, kredit yang disalurkan ke segmen ritel dan konsumer masing-masing tercatat sebesar Rp4,43 triliun dan Rp1 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel