Indeks Saham Masih Sulit Terangkat, Ini Sentimen Penggerak Hari Ini

Bisnis.com,28 Nov 2019, 08:29 WIB
Penulis: M. Taufikul Basari
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (27/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Belum adanya insentif positif yang kuat bagi pasar bakal membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini, Kamis (28/11/2019), kesulitan untuk keluar dari tekanan.

Tim riset PT Valbury Sekuritas Indonesia mengatakan bahwa sinyalemen yang belum memperlihatkan adanya insentif positif yang kuat bagi pasar, kembali sebagai pertimbangan akan potensi sulitnya bagi indeks untuk bergerak menuju zona hijau.

Secara teknikal, Valbury memprediksi level support IHSG hari ini adalah 6.000/5.977/5.950, sedangkan level resisten pada 6.049/6.076/6.099. Namun, tren mayor masih naik, sedangkan tren minor tengah turun.

Sentimen Pasar Dari Dalam Negeri

Berikut adalah sejumlah sentimen domestik yang bisa mempengaruhi laju IHSG hari ini:

Bank Indonesia (BI) menilai kerentanan korporasi yang memiliki utang luar negeri (ULN) perlu diwaspadai. Besarnya dominasi utang berdenominasi valuta asing (valas) dinilai menyebabkan korporasi rentan terekspos risiko pasar apabila terjadi peningkatan volatilitas nilai tukar.

Kerentanan ULN berdenominasi valas pun dinilai perlu dicermati, terutama terkait dengan kerentanan terhadap risiko currency mismatch pada korporasi yang memiliki net foreign liabilities tetapi tidak memiliki pendapatan dalam bentuk valas.

Dari 2.879 korporasi yang memiliki ULN pada semester I/2019, 82% ULN terkonsentrasi pada korporasi yang bergerak pada sektor listrik, gas, dan air serta pertambangan dan manufaktur. Dari 82% yang disebutkan, 73% sudah mengirimkan laporan Kegiatan Penerapan Prinsip Kehati-Hatian (KPPK) atas penarikan ULN.

Dari korporasi yang sudah melaporkan KPPK, sekitar 10% korporasi berpotensi terekspos risiko currency mismatch. Korporasi tersebut tidak memiliki sumber pendapatan valas dan belum memenuhi ketentuan rasio likuiditas dan rasio hedging yang berlaku.

Kabar lain, pemerintah memproyeksikan ekonomi Indonesia akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,05% pada akhir 2019, lebih rendah dari target pemerintah sebelumnya 5,2%.

Proyeksi tersebut berdasarkan ekspektasi dari pertumbuhan ekonomi global yang semakin menurun yaitu diperkirakan tumbuh 3% pada tahun ini atau di bawah perkiraan awal 3,7%.

Selain itu, volume perdagangan dunia yang tumbuh lebih lambat dibandingkan 3,6% pada 2018 dan 5,5% pada 2017 juga menjadi faktor pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05%.

Sentimen Pasar Dari Luar Negeri  

Kongres AS secara resmi mengundang Presiden Donald Trump untuk hadir dalam sidang dengan agenda pemakzulan dirinya.

Undangan itu merupakan babak baru dalam upaya pemakzulan Trump oleh DPR AS sebagai buntut percakapan telepon dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky soal permintaan penyelidikan terhadap Joe Biden.

Upaya pemakzulan sudah tahap penyelesaian rapat dengar pendapat yang digelar terbuka oleh Komite Intelijen DPR AS.

Keberlanjutan kesepakatan dagang AS dan China masih berpengaruh bagi pasar. Sebelumnya Trump mengatakan, AS berada dalam pergolakan akhir dari sebuah perjanjian yang akan meredakan perang dagang 16 bulan dengan China.

Namun di sisi lain, Trump mengatakan AS mendukung pengunjuk rasa di HongKong dan suatu potensi besar yang menyakitkan dengan China.

Rekomendari trading saham dari Valbury

BMRI

 BBRI

 TLKM

 ASII

 PGAS

 MEDC

Keterangan TP : target price

Saham-saham lain yang bisa dicermati: BRPT, CPIN, MEDC, MAPI, ICBP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Taufikul Basari
Terkini