Indonesia Sulit Keluar dari Jerat Defisit Transaksi Berjalan

Bisnis.com,28 Nov 2019, 15:58 WIB
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Bisnis.com, JAKARTA  - Indonesia akan sulit keluar dari defisit transaksi berjalan tanpa perbaikan kinerja neraca jasa.

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menyatakan, perkiraan Presiden Joko Widodo menyelesaikan defisit transaksi berjalan pada 2023 sangat berpotensi meleset.

Dia menilai, perbaikan kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) perlu perhatian hampir pada semua elemen. Salah satu yang sulit diatasi adalah untuk komponen kinerja neraca jasa.

"Secara optimal berkurang hanya pada kisaran 2% sampai 2,5% saja," ungkap Tauhid kepada Bisnis.com, Kamis (28/11/2019).

Dia menyatakan untuk menyelesaikan masalah defisit neraca jasa itu sangat sulit dan kompleks.

Jika berkaca dari Laporan NPI kuartal III/2019 yang dikeluarkan Bank Indonesia, neraca perdagangan jasa pada kuartal III/2019 mengalami defisit US$2,3 miliar lebih tinggi dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya US$1,9 miliar.

Pasalnya peningkatan defisit neraca jasa ini disumbang paling besar dari sektor transportasi. Padahal sektor jasa perjalanan mengalami surplus, tetapi tak cukup kuat menambal defisit dari sektor transportasi.

Adapun penyebab tingginya defisit neraca jasa dari sektor transportasi ialah kenaikan pembayaran jasa freight sebesar US$1,9 miliar dari kuartal sebelumnya US$1,8 miliar.

Selain itu jumlah wisatawan nasional keluar negeri mengalami peningkatan terutama pada saat musim pelaksanaan ibadah haji.

"Maka itu karena sektornya banyak dari neraca jasa, akan sulit diselesaikan defisitnya," ungkap Tauhid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini