Bisnis.com, LONDON - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memanfaatkan keberadaan kantor cabang di luar negeri untuk mencari alternatif pendanaan di tengah ketatnya likuiditas dalam negeri.
Melalui, cabang London, misalnya, BNI bisa mendapatkan pendanaan atau funding dengan bunga murah, untuk modal menyalurkan kredit di dalam negeri.
“Cabang-cabang di luar negeri, seperti London sejauh ini efektif dalam menghimpun funding dengan rate rendah untuk untuk memenuhi kredit valas di Indonesia,” tutur Direktur Korporasi BNI, Putrama Wahju Setyawan, di London, Minggu (1/12/2019).
Hal serupa juga dilakukan cabang BNI di New York, Amerika Serikat. “Umumnya kami mendapatkan funding dari private equity. Dengan funding dari London ataupun New York, BNI bisa mendapatkan margin bunga yang cukup tinggi.”
Pemanfaatan cabang luar negeri untuk meraih dana murah merupakan salah satu upaya untuk memaksimalkan bisnis BNI. Namun, cabang di luar negeri tetap melayani jasa perbankan lain seperti pembiayaan ekspor impor maupun jasa pengiriman uang ke Indonesia.
Status BNI London sebagai cabang penuh juga memungkinkan untuk melayani seluruh kawasan Uni Eropa. Keluarnya Inggris dari zona ekonomi kawasan Eropa tidak banyak berpengaruh terhadap bisnis yang sudah berjalan.
Putrama mengatakan, dari sisi aset, BNI cabang London merupakan nomor dua terbesar setelah cabang Singapura. Cabang London memiliki aset sekitar US$ 1,5 miliar.
Di tempat yang sama, General Manager BNI Cabang London, Ujuan Marihot HP, mengatakan cabang BNI di London tahun ini sudah mendapatkan funding sekitar US$400 juta. "Ini berasal dari bank lokal dan deposan nonbank yang berupa institusi finansial," kata Ujuan.
Pendanaan US$ 400 juta tersebut rencananya disalurkan untuk fasilitas kredit perusahaan di Indonesia. "Kami juga membiayai eksportir di Indonesia. Kami membiayai untuk eksportir kayu dan ada juga tekstil yaitu salah satu Grup Sritex," ujar Ujuan.
Selain itu, Ujuan mengatakan, bisnis yang akan dikembangkan BNI London adalah di bidang treasury. Menurutnya, transaksi pasar sekunder surat utang negara dolar dari pemerintah Indonesia cukup potensial.
"Jadi sekitar 75% surat utang pemerintah berdenominasi dolar diperdagangkan di luar negeri, dan 65% diperdagangkan di UK dan Eropa. Kami ingin menjadi market maker dan bersaing dengan bank asing," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel