Pasar Obligasi Diperkirakan Lesu Tertekan Sentimen Global

Bisnis.com,04 Des 2019, 09:44 WIB
Penulis: Duwi Setiya Ariyanti
Karyawan memesan surat berharga negara Saving Bond Retail (SBR) seri SBR007 secara online, di Jakarta, Senin (15/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – PT Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan pasar obligasi lesu pada perdagangan hari ini akibat tertekan sentimen global.

Dikutip dari hasil risetnya, Rabu (4/12/2019), Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan secara jangka pendek tren obligasi memang melemah. Hal itu terlihat dari dana asing yang keluar sejak awal November.

“Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas,” katanya.

Beberapa sentimen yang membuat dana asing lari dari pasar obligasi yakni pertama, Presiden AS Donald Trump yang tak ingin mencapai kesepakatan dengan China dalam waktu dekat. Menurut Trump, tak ada keharusan baginya untuk mengikuti apa yang diinginkan China hanya karena ingin segera meneken kesepakatan.

Hal itu lantas menimbulkan kekhawatiran bahwa perang dagang bakal berlanjut semakin lama. Kedua, China akan mengeluarkan daftar hitam perusahaan yang memantik sanksi terhadap perusahaan asal AS.

Ketiga, masalah surat utang China yang gagal bayar telah merambah ke berbagai sektor yakni properti, pembuat baja, hingga perusahaan energi terbarukan dan produksi peranti lunak. Tercatat, terdapat 15 obligasi gagal bayar sejak November dengan nilai 120,4 miliar yuan atau US$17,1 miliar. Hal ini hampir mencapai 121,9 miliar utang yang gagal bayar pada 2018.

Ketiga hal tersebut bakal menjadi penekan pergerakan di pasar obligasi. Kendati demikian, secara jangka panjang masih terdapat peluang penguatan. Menurutnya, momentum koreksi bisa dimanfaatkan untuk mengoleksi surat utang negara (SUN) seri acuan dengan harga terdiskon.

“Penurunan ini sebetulnya menjadi sebuah kesempatan untuk bisa mendapatkan obligasi acuan dengan harga yang murah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Taufikul Basari
Terkini