Shinzo Abe Rilis Kebijakan Stimulus Senilai US$119 Miliar

Bisnis.com,05 Des 2019, 08:52 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada hari Kamis (5/12/2019) mengumumkan paket stimulus untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang menghadapi kemerosotan ekspor, bencana alam, dan dampak dari kenaikan pajak penjualan.

Dilansir Bloomberg, Abe mengatakan kepada wartawan di Tokyo bahwa paket kebijakan tersebut akan mencakup langkah-langkah fiskal senilai 13 triliun yen (US$119 miliar). Namun, ia belum memberikan rincian mengenai kebijakan tersebut.

Paket ini dirancang untuk membantu pemulihan bencana, melindungi terhadap risiko ekonomi, dan mempersiapkan negara setelah Olimpiade Tokyo 2020.

Dengan paket kebijakan itu, Abe tampak ingin meminimalkan risiko resesi yang akan menodai catatan program pertumbuhan Abenomics, sambil menopang dukungan politiknya sendiri setelah skandal yang muncul baru-baru ini.

Ekonomi Jepang diperkirakan akan menyusut 2,7 kuartal IV/2019 dibanding periode yang sama, menyusul kenaikan pajak dan bencana topan, menurut ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.

Paket itu akan bertujuan untuk membuat ekonomi Jepang kembali berjalan dan menghindari kemunduran lebih lanjut dalam permintaan global yang memicu resesi awal tahun depan.

Draft paket stimulus pemerintah yang diperoleh Selasa oleh Bloomberg menjabarkan perlunya pengeluaran untuk meningkatkan infrastruktur pencegahan bencana, perpanjangan program rabat pembayaran tanpa uang tunai serta bantuan teknologi informasi untuk perusahaan kecil dan menengah yang menaikkan upah pekerja.

Termasuk investasi sektor swasta, total keseluruhan paket kebijakan diperkirakan menelan biaya sekitar 25 triliun yen, kata kepala kebijakan Partai Demokrat Liberal Fumio Kishida awal pekan ini.

Para ekonom dan investor akan memperhatikan berapa banyak pengeluaran baru yang ada dan berapa banyak pembiayaan yang dibutuhkan.

“Paket ekonomi terbaru Jepang kemungkinan tidak akan mendorong pertumbuhan secara signifikan, tetapi akan cukup untuk menghindari kontraksi kuartal ini yang berisiko berubah menjadi resesi awal tahun depan,” ungkap Yuki Masujima, ekonom dari Bloomberg.

“Perdana Menteri Shinzo Abe mungkin perlu meningkatkan stimulus fiskal pada tahun 2020 jika permintaan luar negeri memburuk lagi," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini