Bisnis.com, YOGYAKARTA – PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) memberikan pelatihan kewirausahaan bagi generasi muda asli Papua untuk meningkatkan geliat bisnis di daerah.
Rinaldi Mudahar, Country CEO, Community Investment Prudential Indonesia mengatakan rendahnya tingkat pendidikan dan akses infrastruktur masih menjadi tantangan bagi pertumbuhan ekonomi di Papua.
Namun menurutnya, masih banyak ruang pertumbuhan yang luas bagi perekonomian di Papua. Sayangnya hal itu tidak dibarengi dengan pengetahuan terkait kewirausahaan seperti terkait dengan pembukuan, marketing, dan lainnya.
Untuk itu, Prudential Indonesia hendak berkontribusi lewat program Pendidikan Kewirausahaan Kaum Muda yang dilaksanakan bersama Prestasi Junior Indonesia (PJI) sejak Februari 2019 untuk memberdayakan dan mensejahterakan komunitas secara berkelanjutan.
“Prudential melihat potensial itu sebagai pebisnis. Kami putuskan apapun halangannya, Papua harus lebih sejahtera dan memakai kekuatan Prudential yang mencetak 265.000 agen untuk menjadi entrepreneur tanpa gaji [bulanan],” katanya saat konferensi pers, Minggu (8/12).
Program Pendidikan Kewirausahaan Kaum Muda yang ditujukan untuk membekali anak muda Papua usia 18–35 tahun ini mengacu pada kurikulum internasional yang akan dilakukan selama tiga tahun.
Dalam program tersebut, terdapat sebanyak 209 peserta yang mendaftarkan diri hingga tersaring menjadi 42 pengusaha muda yang menjadi binaan Prudential Indonesia. Beberapa workshop yang diberikan di antaranya yaitu motivasi membangun bisnis, literasi keuangan, dan model bisnis.
Sepanjang Juni - November 2019, para penerima manfaat telah mencatatkan total omzet bisnis hingga Rp237 juta.
Dalam rangkaian kompetisi bersepeda nasional PRURide 2019, Prudential Indonesia memperkenalkan sejumlah pengusaha muda asal Papua yang berpartisipasi dalam ajang ini.
Produk andalan yang ditampilkan antara lain kopi khas Papua “Highland Roastery” oleh Yafeth Wetipo, gel khusus rambut keriting “Gracy Curls” buatan Paideia Gratia Sumihe dan menu khas bakso kelapa “Pondok Butterfly Skyline” dari Yunita Ohee.
Setelah mengikuti pelatihan dan pendampingan selama 9 bulan, Yafeth, Gratia dan Yunita yang merupakan peserta gelombang pertama diharapkan untuk mengimplementasikan rencana bisnis mereka dalam 18 bulan ke depan bersama rekan-rekan lainnya.
“Ada cerita lucu, saya suka memberikan diskon kepada pelanggan. Namun, setelah menerima pelatihan pembukuan, ternyata saya rugi,” kata Yafeth.
Rinaldi mengakui, ada berbagai tantangan yang dihadapi dalam mentransfer pendidikan kewirausahaan di Papua, seperti budaya, suasana ekonomi, dan lingkungan. “Namun, kami melihatnya itu adalah opportunity,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel