Dukung Ekspor, LPEI Resmikan Desa Devisa di Bali

Bisnis.com,09 Des 2019, 09:42 WIB
Penulis: Muhammad Khadafi
Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesli berbincang dengan delegasi negara Afrika di sela-sela Indonesia - Africa Infrastructure Dialogue (IAID) 2019 di Nusa Dua, Bali, Rabu (21/8/2019)./ Bisnis.com-Oktaviano DB Hana

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank meresmikan Desa Devisa di Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS), Jembrana, Bali. Koperasi ini berkegiatan usaha di sektor komoditi perkebunan kakao.

Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly mengatakan bahwa desa devisa merupakan komunitas atau klaster tertentu yang berpotensi untuk melakukan aktivitas produksi secara berkelanjutan. Harapannya desa tersebut dapat ambil bagian dalam rantai pasokan ekspor global, baik secara langsung maupun tidak langsung.

“Kedepannya setelah Desa Devisa ini diresmikan, LPEI akan meneruskan pendampingan secara lebih mendalam dan berharap program ini nantinya secara nyata mampu berkontribusi terhadap Devisa Indonesia,” kata Sinthya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis.

Sinthya menjelaskan bahwa pendampingan terhadap Koperasi KSS hingga menghasilkan sejumlah pencapaian merupakan cikal bakal dari program Desa Devisa. Pendampingan telah dilakukan sejak tahun 2012, hingga mampu membantu Koperasi KSS untuk mendapatkan sertifikasi internasional untuk komoditas kakao, bantuan sarana produksi, serta sejumlah pelatihan terkait dengan ekspor.

Pada tahun 2015, Koperasi KSS akhirnya mampu melakukan ekspor perdana ke Prancis. Hingga tahun 2019 ini, Koperasi KSS secara konsisten mampu melakukan ekspor ke sejumlah negara seperti Belgia, Prancis, Rusia dan Inggris. Produk kakao Jembrana Koperasi KSS memiliki keistimewaan, karena produk terlebih dahulu melalui proses fermentasi yang terstandarisasi.

Sementara itu berdasarkan hasil kajian Institut Pertanian Bogor (IPB), pemilihan Koperasi KSS sebagai salah satu Desa Devisa dengan menggunakan beberapa aspek yang dijadikan indikator diantaranya adalah aspek produksi, aspek konsisten dan keberlanjutan produksi, aspek pengembangan masyarakat desa dan koordinasi antar lembaga, aspek koordinasi antar pemangku kepentingan desa devisa ekspor, aspek brodusen dan manajerial, dan aspek infrastruktur dan sarana penunjang lain. Penyusunan kajian ini dilakukan oleh IPB sebagai salah satu anggota UNIED (University Network for Indonesia Export Development) dengan LPEI.

Adapun program desa devisa ini nantinya dapat diimplementasikan di seluruh daerah di Indonesia. Sehingga kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat ditopang oleh pengembangan produk unggulan daerah yang kedepannya dapat meningkatkan ekspor nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini