Industri Kemasan Diproyeksikan Tumbuh 7 Persen pada 2019

Bisnis.com,10 Des 2019, 11:01 WIB
Penulis: Oktaviano DB Hana
Pekerja menyusun aneka jenis minuman kaleng di salah satu grosir penjual makanan dan minuman kemasan di Pekanbaru, Riau, Senin (12/6)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Pengusaha produk kemasan optimistis dapat merealisasikan pertumbuhan 6% - 7% sepanjang 2019 seiring dengan peningkatan nilai pasar yang telah mencapai Rp100 triliun.

Hengky Wibawa, Ketua Federasi Pengemasan Indonesia, mengatakan realisasi pertumbuhan pada kisaran itu hampir terjadi di semua subsektor industri pengemasan.

Kemasan fleksibel, katanya, tumbuh di bawah 5%. Namun, subsektor lain, seperti kemasan kertas dan karton, plastik kaku dan lain-lainnya, bertumbuh sesuai target.

"Semuanya itu rata-rata 6% - 7%. Bahkan plastik kaku tumbuh lebih tinggi," ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.

Hengky mengatakan kemasan fleksibel memang bertumbuh di bawah target seiring dengan penurunan kinerja di sektor makanan dan minuman (mamin). Menurutnya, kemasan fleksibel banyak dimanfaatkan untuk produk mamin, antara lain untuk kemasan mi instan.

Kinerja sektor mi instan pada tahun ini bahkan turun hingga kisaran 10%. Dia mengatakan pada tahun saat ini permintaan untuk produk makanan siap saji lebih meningkat dibandingkan dengan snack.

"Akibatnya juga ke packaging. Misalnya salah satu yang paling besar adalah mi instan yang drop, kalau dengar dari pemain besar, turun sekitar 10%."

Hengky mengatakan pada tahun ini pasar kemasan di Indonesia menembus angka Rp100 triliun. Subsektor kemasan fleksibel masih mendominasi pasar dengan kontribusi mencapai 45%.

Subsektor kemasan kertas dan karton menyusul dengan kontribusi sekitar 28%, sedangkan plastik kaku menyumbangkan 15% untuk total nilai pasar.

"Selebihnya dari yang lain-lainnya dan kecil-kecil, misalnya dari kemasan gelas dan kaleng," ujarnya.

Hengky mengatakan sepanjang 2019 industri kemasan dihadapkan pada tantangan perubahan gaya hidup konsumen, khususnya generasi langgas atau milenial. Hal itu tercermin dari penurunan kinerja bisnis ritel di Indonesia.

"Perubahan gaya hidup jadi tantangannya, terutama di perkotaan. Gaya hidup milenial itu cenderung belanja secukupnya dan lebih suka travelling."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Galih Kurniawan
Terkini